Cari Tahu Asal Usul Virus Corona, Peneliti Kamboja Teliti Kelelawar Tapal Kuda

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 20 September 2021 | 17:45 WIB
Cari Tahu Asal Usul Virus Corona, Peneliti Kamboja Teliti Kelelawar Tapal Kuda
Ilustrasi kelelawar. [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian tentang asal usul virus Corona tidak hanya dilakukan oleh China dan Amerika Serikat.

Sekelompok peneliti dari Kamboja turut melakukan penelitian serupa, dengan menggunakan sampel dari kelelawar tapal kuda.

Sampel kelelawar didapat di wilayah Kamboja Utara guna memahami pandemi COVID-19 dengan mengembalikan ke tempat asal virus yang nyaris serupa ditemukan di hewan tersebut satu dekade lalu.

Dua sampel dari kelelawar tapal kuda dikumpulkan pada 2010 in Provinsi Stung Treng dekat Laos dan disimpan dalam lemari pembeku di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Pengujian dilakukan pada kelelawar tersebut tahun lalu dan hasilnya sangat berhubungan erat dengan virus corona yang telah menyebabkan kematian lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia.

Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang telah mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan informasi rinci lain dari mereka selama satu minggu. Penelitian yang sama juga tengah dilakukan di Filipina.

“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk lebih memahami tentang COVID-19,” koordinator lapangan Thavry Hoem kepada Reuters saat ia memegang sebuah jaring untuk menangkap kelelawar.

Spesies-spesies inang, seperti kelelawar, biasanya tidak menunjukkan gejala patogen tetapi jenis-jenis itu berpotensi merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lainnya.

Dr.Veasna Duong, Kepala Virologi IPC mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan empat perjalanan dalam dua tahun belakangan, berharap menemukan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan dari kelelawar.

Baca Juga: Varian C.1.2 Disebut Lebih Berbahaya daripada Delta, Peneliti Mikrobiologi Angkat Bicara

“Kami ingin mencari tahu apakah virus itu masih berada di sana dan mengetahui bagaimana virus itu berevolusi,” katanya kepada Reuters.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI