Bagaimana dengan penyintas yang mengalami hyperarrousal? Farras menuturkan bahwa orang-orang yang mengalami freeze akibat stres atau trauma bukan berarti mereka baik-baik saja. Mereka juga membutuhkan bantuan untuk menoleransi trauma yang terjadi, baik di tubuh maupun pikirannya.
3. Membangun Koneksi Kembali
Biasanya orang-orang yang mengalami momen traumatis akan mengalami krisis kepercayaan atau trust issue. Misalnya mudah terpicu terhadap orang yang memiliki ciri spesifik dengan pelaku atau lingkungan yang mirip dengan kejadian masa lalu.

Dalam tahap ini, dibantu oleh bantuan profesional, penyintas akan diajak untuk membangun koneksi kembali bahwa setiap tempat atau manusia yang memiliki ciri tertentu tidak selamanya akan melakukan kejahatan seksual. Dengan cara tersebut, emosi penyintas akan jadi lebih netral.
Di masa ini, penyintas juga akan diajak untuk mengenal dirinya sendiri secara lebih mendalam. Penyintas akan diajak untuk membangun koneksi dengan dirinya sendiri, mengenal kelebihan, dan potensi yang ia miliki.
Menurut Farras, yang menjadi kesulitan bagi penyintas adalah ketika mereka mesti menghadapi kenyataan bahwa pelaku mendapatkan glorifikasi. Terutama ketika pelaku malah diagung-agungkan sebagai pahlawan dan justru mendapat lebih banyak perhatian. Hal ini akan berdampak pada proses healing atau penyembuhan pentintas. Penyintas akan merasa kesulitan untuk menolerir perasaannya.
"Pertentangan-pertentangan di dalam diri dia itu akan mengganggu proses healing penyintas. Dan di tahap manapun itu akan selalu mengganggu korban ketika itu blm sempurna dan dia harus berhadapan dengan glorifikasi itu," tutup Farras.