Menjawab pertanyaan ini, dr. Reisa mengatakan berdasarkan peraturan yang dibuat pemerintah, fasilitas publik hanya boleh diisi oleh setengah kapasitas maksimal. Untuk menghindari kerumunan massa, perayaan tahun baru di ruang publik pun sudah dilarang.
"Soal pengaturan ketat selama periode Nataru nanti, kita hanya ingin mencegah kembalinya kenaikan kasus. Apalagi kita ini menghadapi varian baru, Omicron, yang masih misterius. Di tambah lagi kalo kita terlalu tinggi bermobilitas dan banyak berkerumun, risikonya bahaya sekali," terangnya lagi.
Pertanyaan ketiga dan terakhir datang dari Namidya. Ia bertanya tentang apa yang membedakan varian Covid-19 terbaru ini dengan varian-varian sebelumnya.
dr. Reisa menjwab, varian ini memiliki karakter yang berbeda dibanding varian sebelumnya alfa, beta, delta, dan mio. Penelitian awal mengatakan virus lebih menular dan masa inkubasi lebih singkat. Namun ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
"Yang kita ketahui pasti semua virus ini memang normal bermutasi, dan SARS-CoV-2 memang terus bermutasi sejak pertama kali dideteksi 2 tahun lalu pada Desember 2019. Jadi kita sebaiknya bertekad, agar kita bisa menahan datangnya Omicron atau minimal menekan kemungkinan dia bisa menyebar luas. Laporan berita menyatakan tetangga kita di negara ASEAN sudah melaporkan mendeteksi varian ini," tutup dr. Reisa.