Suara.com - Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak berhenti mendadak, sehingga menghambat aliran oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
Faktor risiko stroke, termasuk tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Tapi, penelitian telah menemukan kondisi lain yang juga bisa meningkatkan risiko stroke, yakni masalah kesehatan mental.
Secara umum, gejala stroke itu meliputi kesulitan berbicara secara tiba-tiba, wajah miring, dan mati rasa di satu sisi tubuh.
Mereka yang mendapatkan perawatan medis darurat dalam 4 jam pertama dari gejala yang muncul lebih mungkin untuk menerima pengobatan kuratif.
Perawatan medis yang tersedia biasanya ditujukan untuk mengatasi bekuan darah sebelum pasien menjalani operasi.

Selain itu, menurunkan berat badan dan mengelola tekanan darah adalah beberapa tindakan pencegahan stroke yang terbaik.
Tapi, penelitian lain menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental, seperti gangguan obsesif-kompulsif juga bisa meningkatkan risiko stroke.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di American Heart Association menunjukkan bahwa orang dengan OCD tiga kali lebih mungkin menderita stroke akibat bekuan darah, dibandingkan mereka yang tidak mengalami OCD.
Dokter Ya-Mei Bai, penulis senior studi tersebut mengatakan hasil penelitian kami mendorong orang dengan OCD untuk mempertahankan gaya hidup sehat, seperti berhenti atau tidak merokok, melakukan aktivitas fisik secara teratur dan mengelola berat badan yang sehat.
Baca Juga: Studi Afrika Selatan: Varian Omicron Berisiko Kecil Sebabkan Rawat Inap
Tapi, Bai mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana masalah kesehatan mental berkaitan dengan OCD bisa meningkatkan stroke iskemik.