Suara.com - Usai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global, penyebaran informasi mengenai kasus ini pun semakin liar. Beberapa informasi memang benar sesuai faktanya, tetapi ada pula yang salah kaprah.
Karena itu, semua orang perlu memahami mana informasi seputar cacar monyet yang benar dan salah. Informasi yang salah pastinya akan semakin menyesatkan masyarakat dan mungkin memicu penyebaran virus yang lebih buruk.
Berikut ini dilansir dari Times of India, beberapa mitos seputar cacar monyet yang seharusnya tidak menjadi panduan.
1. Mitos: Wabah cacar monyet menyebar dari negara-negara Afrika
Menstigmatisasi negara atau ras tertentu atas penyebaran wabah cacar monyet adalah langkah yang salah. Cacar monyet memang dinyatakan endemik di beberapa negara Afrika Barat, di mana virus ini biasa ditemukan.
Tapi, penyebaran virus cacar monyet sejauh ini bukan dari negara-negara tersebut. Kasus cacar monyet yang dilaporkan pada tahun 2022 ini tidak berkaitan dengan riwayat perjalanan ke negara-negara tersebut.
![Ilustrasi pemeriksaan cacar monyet [iStockphoto/atakan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/07/29/38533-ilustrasi-pemeriksaan-cacar-monyet.jpg)
2. Mitos: Hanya pria gay yang tertular cacar monyet
Meskipun ada laporan penularan cacar monyet dari pria ke pria atau pria homoseksual, semua orang tetap bisa tertular penyakit tersebut.
Bahkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah menyatakan cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual. Monkeypox dapat menyebar ketika orang yang sehat melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, melakukan hubungan seks atau kontak fisik dekat.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Reda, Begini Cara Cegah Virus Masuk Tenggorokan
3. Mitos: Cacar monyet mematikan