3. Reuters selidiki kandungan bedak Johnson & Johnson
Dugaan adanya kandungan berbahaya dalam bedak talc yang diproduksi Johnson & Jonson mendorong Reuters melaukan penyelidikan pada 2018 silam.
Hasilnya, Reuters menemukan bahwa selama dalam beberapa dekade, Johnson & Johnson mengetahui kalau ada kandungan asbes dan karsinogen dalam bedak talc yang diproduksinya.
Berdasarkan catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan dan bukti lainnya, menunjukkan bahwa bedak mentah dan bubuk jadi Johnson & Johnson terkadang diuji positif mengandung asbes.
Dan disebutkan bahwa hal tersebut telah terjadi setidanya sejak tahun 1971 hingga awal 2000-an.
4. Johnson & Johnson hentikan penjualan sejak 2020
Keputusan perusahaan farmasi Johnson & Johnson untuk menghentikan penjualan bedak tabur ternyata telah diambil sejak 2020 lalu.
Ketika itu, Johnson & Johnson memutuskan untuk menghentikan penjualan bedak taburnya di Amerika Serikat dan Kanada.
Namun keputusan penghentian penjualan itu tidak dikaitkan dengan dugaan adanya bahan berbahaya dalam beda yang mereka produksi.
Baca Juga: Johnson & Johnson Hentikan Penjualan Produk Bedak Bayi, Disebut Ada Kandungan Penyebab Kanker
Alih-alih mengakui hal tersebut, Johnson & Johnson menyatakan permintaan atau demand akan produk mereka menurun akibat adanya ‘tuduhan’ keamanan produknya.