Yang tak kalah penting, lanjut Meriyati, adalah mempersiapkan mental dengan perspektif positif. Ia mengajak masyarakat untuk tidak melihat kembalinya ke kantor sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk memulai babak baru dengan semangat yang diperbarui.
“Alih-alih merasa berat, gunakan memori liburan sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik. Anggap ini sebagai langkah menuju liburan berikutnya yang lebih menyenangkan,” ujarnya.
Menjaga hubungan sosial yang baik di lingkungan kerja juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan semangat. “Komunikasi yang sehat dan dukungan antar rekan kerja akan menciptakan atmosfer kerja yang lebih menyenangkan,” tambahnya.
Terakhir, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi. “Jangan abaikan waktu untuk diri sendiri. Relaksasi setelah bekerja sangat penting agar tidak cepat burnout,” tutup Meriyati.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian PANRB masih memberlakukan kebijakan work from anywhere (WFA) hingga 8 April 2025 bagi ASN, sebagai upaya mengurai kepadatan arus balik Lebaran.
Kebijakan ini sekaligus memberi waktu tambahan bagi para pekerja untuk beradaptasi secara bertahap sebelum kembali ke kantor secara penuh.
Kondisi ini tentu bisa dimanfaatkan sebagai momen transisi yang ideal. Para pekerja dapat secara perlahan menyesuaikan kembali pola aktivitasnya, sembari tetap menjaga semangat dan produktivitas dari rumah. Adaptasi ini menjadi kunci untuk menghindari post-holiday blues dan menjaga semangat kerja tetap menyala.