Mengenal Kolonoskopi: Langkah Awal yang Menyelamatkan Nyawa dari Kanker Usus Besar

Senin, 07 April 2025 | 16:31 WIB
Mengenal Kolonoskopi: Langkah Awal yang Menyelamatkan Nyawa dari Kanker Usus Besar
Ilustrasi kesehatan usus besar. Kolonoskopi penting untuk deteksi dini dan pengangkatan polip, terutama usia 45+ pada usus besar. [Shutterstock]

Suara.com - Kanker usus besar atau kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kematian yang tinggi, terutama karena sering kali terdiagnosis dalam stadium lanjut. Padahal, jika dideteksi sejak dini, tingkat kesembuhannya sangat tinggi.

Di sinilah pentingnya kolonoskopi, sebuah prosedur medis yang tidak hanya memungkinkan deteksi dini, tetapi juga bisa menyelamatkan nyawa.

Kolonoskopi dilakukan dengan memasukkan alat bernama endoskop—sebuah selang fleksibel yang dilengkapi kamera kecil—melalui dubur untuk melihat langsung permukaan bagian dalam usus besar.

Melalui layar monitor, dokter dapat menilai kondisi usus secara detail, mencari adanya polip, peradangan, luka, atau massa mencurigakan. Jika ditemukan jaringan yang abnormal, dokter dapat langsung mengambil sampel (biopsi) untuk dianalisis lebih lanjut di laboratorium.

Menurut dr Randy Adiwinata, Sp.PD, spesialis penyakit dalam dari RS Siloam MRCCC Semanggi, kanker kolon biasanya berkembang perlahan dari polip jinak yang tumbuh di dinding usus.

"Proses ini berlangsung dalam waktu lama dan melalui beberapa tahapan mutasi genetik hingga akhirnya berubah menjadi kanker ganas," ungka Dokter Randy dikutip dari ANTARA pada Senin (7/4/2025).

Sayangnya, kanker kolon kerap tidak menunjukkan gejala spesifik pada tahap awal. Seiring berkembangnya penyakit, barulah muncul keluhan seperti perubahan pola buang air besar, feses berdarah, perasaan BAB tidak tuntas, kembung terus-menerus, anemia, hingga penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Bahkan pada stadium lanjut, dapat ditemukan benjolan di perut, sumbatan usus, dan perut yang membesar.

dr Randy juga menegaskan pentingnya membedakan perdarahan akibat kanker kolon dengan kondisi lain seperti wasir.

Baca Juga: Waspada! Makanan Ultra Proses Picu Kanker Usus Besar, Ini Hasil Penelitian Terbaru

“Perdarahan karena kanker biasanya bercampur dengan feses dan disertai keluhan sistemik lain seperti lemas dan berat badan menurun. Sementara pada wasir, darah biasanya muncul setelah BAB, menetes, dan tidak bercampur dengan kotoran,” ujarnya.

Karena gejalanya yang sering disalahartikan, banyak pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah lanjut. Oleh karena itu, semua bentuk perdarahan dalam feses sebaiknya tidak dianggap sepele dan harus diperiksa lebih lanjut melalui kolonoskopi.

Selain kolonoskopi, pemeriksaan penunjang lain seperti CT scan, MRI, dan PET scan juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran kanker.

Pemeriksaan darah samar pada feses (fecal occult blood test) juga bisa dilakukan sebagai metode skrining awal. Jika hasilnya positif, pasien tetap disarankan menjalani kolonoskopi sebagai pemeriksaan lanjutan.

Berdasarkan pedoman dari American College of Gastroenterology, skrining kolonoskopi disarankan mulai usia 45 tahun, bahkan pada individu yang tidak memiliki gejala. Tujuannya adalah mendeteksi dan mengangkat polip sebelum berubah menjadi kanker.

Dalam hal penanganan, RS Siloam MRCCC Semanggi menerapkan pendekatan multidisipliner. Tim dokter terdiri dari ahli onkologi, gastroenterologi, bedah, radiologi, gizi, serta perawat luka dan unit paliatif. Mereka bekerja bersama dalam diskusi tim untuk merancang rencana terapi terbaik bagi setiap pasien.

Terapi kanker kolon pun kini makin personal. Dengan pemeriksaan biomarker dan mutasi genetik, dokter dapat menentukan apakah pasien cocok untuk immunotherapy atau targeted therapy.

Untuk stadium awal, pembedahan bisa menjadi pilihan utama. Pada stadium lanjut, terapi bisa mencakup kemoterapi, radioterapi, hingga kombinasi beberapa metode.

"Dengan deteksi dini melalui kolonoskopi dan penanganan tepat, kanker usus besar bukanlah akhir dari segalanya. Justru ini bisa menjadi awal bagi kesembuhan," pungkas dr Randy.

Tips Sebelum Menjalani Kolonoskopi

1. Ikuti Instruksi Dokter Soal Puasa dan Diet Khusus

  • Biasanya, 1–2 hari sebelum kolonoskopi, kamu diminta mengonsumsi makanan rendah serat atau cairan bening saja (air putih, kaldu, teh tanpa susu).
  • Hindari makanan berwarna merah atau ungu karena bisa mengganggu hasil pemeriksaan.

2. Lakukan Pembersihan Usus (Bowel Preparation)

  • Dokter akan meresepkan obat pencahar khusus untuk dikonsumsi malam sebelum tindakan, tujuannya agar usus benar-benar bersih dari feses.
  • Ini penting karena usus yang kotor dapat mengaburkan pandangan dokter saat memeriksa.

3. Informasikan Obat yang Sedang Dikonsumsi

  • Terutama jika kamu mengonsumsi obat pengencer darah, insulin, atau suplemen herbal—dokter mungkin akan menyarankan penghentian sementara.

4. Minta Pendamping untuk Mengantar Pulang

  • Karena kamu akan mendapat obat penenang (sedasi) saat prosedur, kamu tidak disarankan mengemudi atau pulang sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI