“Banyak dari mereka merasa malu karena tidak memiliki pakaian bersih atau perlengkapan menstruasi yang layak, yang akhirnya membuat mereka tidak pergi ke sekolah,” jelas Aryssa Hasham, salah satu peneliti dari studi ini.
Dorongan untuk Kebijakan yang Responsif terhadap Iklim
Penelitian ini tidak hanya mengangkat permasalahan, tetapi juga memberikan arah bagi solusi. Para peneliti menekankan pentingnya intervensi kesehatan reproduksi yang mempertimbangkan dampak perubahan iklim, khususnya bagi remaja di wilayah-wilayah yang paling rentan.
Pendekatan yang berbasis pada kesetaraan gender dan partisipasi remaja dinilai krusial dalam merancang program yang benar-benar menjawab kebutuhan mereka.
Dr. Julia Kagunda, Direktur Elim Trust dan salah satu penulis studi, menyatakan bahwa pendekatan program harus inklusif dan transformatif.
“Kita butuh kebijakan yang menyasar akar ketidakamanan – baik itu pangan, air, maupun akses pendidikan. Dan semua itu harus dilakukan dengan perspektif remaja sebagai pusat solusi,” ujarnya.