Suara.com - Bibir sumbing masih menjadi tantangan kesehatan yang kerap terabaikan di Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika bibir atau langit-langit mulut bayi tidak terbentuk sempurna saat dalam kandungan.
Dampaknya bukan hanya pada penampilan, tapi juga dapat menimbulkan kesulitan dalam makan, bernapas, mendengar, dan berbicara, yang ada akhirnya memengaruhi tumbuh kembang anak.
Di seluruh dunia, setiap tiga menit lahir satu bayi dengan bibir sumbing. Anak-anak dengan kondisi ini sering kali mengalami diskriminasi sosial, seperti di-bully atau dikucilkan di beberapa negara.
Namun sayangnya, masih banyak anak di Indonesia yang belum mendapat akses perawatan tepat dan menyeluruh.
Dengan jumlah kelahiran yang tinggi dan wilayah geografis yang luas, kebutuhan akan perawatan bibir sumbing di Indonesia sangat besar.
Namun, belakangan, Indonesia mulai menunjukkan kemajuan dalam program perawatan bibir sumbing, yang bukan hanya sekadar operasi, tapi juga memberikan perawatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Smile Train, organisasi yang fokus pada penanganan bibir sumbing, dengan model berkelanjutan dan lokal, hampir mencapai tonggak sejarah dengan melakukan 125.000 operasi (rata-rata 7.000 operasi per tahun) setelah 20 tahun berkomitmen menjangkau pasien di berbagai wilayah geografis yang beragam di Indonesia.
Operasi Bibir Sumbing dengan Standar Aman dan Berkualitas
Keselamatan pasien adalah prioritas utama, itu sebabnya penting menerapkan protokol keselamatan dan kualitas, yang menjadi standar wajib untuk operasi yang aman serta perawatan bibir sumbing komprehensif melalui Dewan Penasihat Medis.
Baca Juga: Operasi Plastik ke Korea Jadi Pilihan, Dian Kristianita Ungkap Pengalamannya
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Smile Train tidak hanya mendukung operasi bibir sumbing, tetapi juga layanan ortodontik, nutrisi, terapi wicara, dan lainnya.
“Smile Train menyediakan pelatihan dan kesempatan pendidikan penting bagi dokter bedah bibir sumbing, ahli anestesi, perawat, dan tenaga medis terkait di seluruh dunia," jelas Dr. Larry Hollier, Ketua Dewan Medis Global Smile Train.
Dukungan yang diberikan juga mencakup untuk membiayai peralatan dan perlengkapan yang esensial untuk operasi bibir sumbing yang aman dan berkualitas, termasuk alat keselamatan seperti pulse oximeter, benang jahit, instrumen bedah khusus, ruang operasi, dan banyak lagi.
Smile Train bekerja sama dengan tenaga medis lokal di berbagai komunitas untuk mensponsori perawatan bibir sumbing bagi pasien di daerahnya masing-masing.
Model berkelanjutan ini membuat Smile Train lebih efektif dan efisien dibandingkan organisasi berbasis misi sementara, karena pasien dapat menerima perawatan sepanjang tahun, sehingga setiap orang bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Walaupun Smile Train telah mendukung pasien bibir sumbing di lebih dari 95 negara di seluruh dunia, kami menghadapi tantangan dalam menjalankan program di negara kepulauan seperti Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
“Kemitraan lokal sangat penting karena memungkinkan Smile Train menjangkau lebih banyak pasien yang membutuhkan," tambah Mamta Caroll, Senior Vice President dan Regional Director untuk Asia.
Dengan kontribusi yang sudah berlangsung lebih dari dua decade, tahun lalu telah dilakukan operasi ke-2 juta terhadap seorang anak dengan bibir sumbing dari Sumatera Selatan.
"Kini kami dengan bangga mengumumkan kesiapan kami mencapai 125.000 operasi bibir sumbing di Indonesia atau 7.000 operasi per tahun,” kata Mamta.
Untuk memastikan kualitas dan keselamatan perawatan, Smile Train bekerja erat dengan lebih dari 1.000 mitra medis lokal untuk memastikan mereka mematuhi protokol keselamatan dan kualitas yang ketat.
Mitra juga diberikan akses ke perpustakaan Best Practice Guides agar setiap perawatan memenuhi standar dunia secara konsisten.
Selain itu, Smile Train telah memberikan lebih dari 40.000 kesempatan pelatihan kepada tenaga kesehatan di seluruh dunia, mencakup operasi aman, anestesi, dan perawatan perioperatif.

Tujuan mulia Smile Train untuk perawatan bibir sumbing di Indonesia sama seperti di negara lain, yaitu mendukung keluarga yang terdampak dengan memperkuat kapasitas perawatan lokal.
Ini mencakup pembiayaan operasi serta perawatan non-bedah penting seperti nutrisi, ortodontik, terapi wicara, dan konseling psikososial agar rehabilitasi semakin lengkap.
Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Budiman, Ketua Dewan Medis Smile Train Asia Tenggara, menyoroti tantangan geografis dan demografis Indonesia yang luas dan beragam.
“Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, termasuk Sumatra, Jawa, Sulawesi, serta sebagian Borneo dan Papua. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara ke-14 terbesar berdasarkan luas wilayah, dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia memiliki tantangan geografis yang sangat besar. Meski begitu, Smile Train berhasil menerapkan standar operasi dan perawatan yang aman dan berkualitas di seluruh Indonesia,” katanya.
Untuk menjangkau pasien di seluruh Indonesia, Smile Train menjalin kemitraan dengan rumah sakit besar, termasuk rumah sakit pemerintah yang fokus pada anak.
Rumah sakit-rumah sakit ini juga berperan melatih tenaga medis di luar kota besar dalam melakukan operasi dan perawatan terkait bibir sumbing.
Perawatan bibir sumbing bukan hanya soal mengubah wajah, tapi juga tentang mengembalikan harapan, membuka akses terhadap pendidikan, dan memulihkan masa depan anak-anak Indonesia.
Ke depannya, diharapkan akan semakin banyak keluarga berani mencari pertolongan lebih awal, demi masa depan anak yang lebih sehat dan percaya diri.