Suara.com - Ketika seseorang mengeluhkan sakit tenggorokan, banyak yang menganggapnya sebagai hal sepele. Namun, tidak semua nyeri tenggorokan bisa dianggap ringan, terutama jika biang keladinya adalah radang amandel atau tonsilitis.
Di balik ukurannya yang kecil dan letaknya yang tersembunyi di belakang tenggorokan, amandel ternyata menyimpan peran besar sekaligus potensi masalah besar.
Menurut dr. Alexander Nur Ilhami, Sp.THT-KL, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah Kepala Leher di Bethsaida Hospital Gading Serpong, amandel sebenarnya adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bertugas menyaring kuman dan virus yang masuk melalui mulut dan hidung.
“Tapi ketika sering terinfeksi, justru bisa menjadi sumber penyakit,” ujar dr. Alexander. Artinya, ‘benteng pertahanan’ ini bisa berubah menjadi titik lemah bila tidak dijaga dengan baik.
Sering Sakit Tenggorokan Bisa Jadi Alarm Bahaya
Radang amandel bisa disebabkan oleh infeksi virus, seperti flu biasa atau mononukleosis, dan juga oleh infeksi bakteri, terutama Streptococcus pyogenes, si penyebab step throat yang terkenal ganas.
Gejalanya tidak cuma sekadar nyeri tenggorokan, tapi juga bisa berupa demam tinggi, kelelahan, batuk, sakit kepala, hingga pembengkakan amandel yang bisa membuat proses menelan terasa seperti siksaan.
Apa yang membuat kondisi ini patut diwaspadai adalah ketika gejala-gejala tersebut terus berulang. Jika dalam satu tahun Anda mengalami radang amandel lebih dari lima kali, atau tidak kunjung sembuh meski sudah minum obat dan istirahat, itu bisa jadi sinyal bahwa tubuh Anda membutuhkan lebih dari sekadar pereda nyeri.
Kapan Amandel Perlu Diangkat?
Baca Juga: Berawal dari Capek Gagal Diet, Jelita Ramlan Pilih Operasi Bariatrik Hingga Berat Badan Turun 50 Kg
Tidak semua radang amandel harus diakhiri di meja operasi. Dalam banyak kasus, istirahat yang cukup, konsumsi cairan hangat, obat pereda nyeri, atau antibiotik (jika disebabkan oleh bakteri) sudah cukup ampuh untuk meredakan infeksi.
Tapi dalam kasus lain yang lebih serius, terutama jika infeksi terjadi berulang atau berkembang menjadi komplikasi seperti abses peritonsil (penumpukan nanah di sekitar amandel), maka tindakan tonsilektomi, yakni operasi pengangkatan amandel menjadi pilihan yang tak terhindarkan.
Namun, di sinilah sisi menarik dan canggih dari pengobatan modern mengambil alih. Operasi pengangkatan amandel kini tidak lagi semenakutkan dulu.
Bethsaida Hospital Gading Serpong menghadirkan berbagai pilihan metode tonsilektomi yang tidak hanya efektif, tetapi juga minim rasa sakit dan trauma pascaoperasi. Pasien kini bisa memilih dari berbagai teknik seperti:
- Tonsilektomi Tradisional – menggunakan pisau bedah konvensional. Meski sederhana, metode ini masih relevan untuk kasus tertentu.
- Elektrokauter – metode yang memanfaatkan panas dari arus listrik untuk mengangkat jaringan dan menghentikan perdarahan secara bersamaan.
- Laser Tonsilektomi – teknologi laser untuk presisi lebih tinggi dan risiko perdarahan yang lebih rendah.
- Coblation – teknologi modern yang menggunakan energi radiofrekuensi dengan suhu rendah, memberikan pengalaman pascaoperasi yang lebih nyaman.
- Endoskopik Tonsilektomi – operasi dilakukan dengan bantuan kamera mini, memungkinkan dokter bekerja lebih akurat di area sempit dan sensitif.
“Setiap metode punya keunggulannya masing-masing. Kami akan memilihkan yang paling sesuai dengan kondisi pasien,” ungkap dr. Alexander.
Klinik THT yang Menyatu dari Diagnosis hingga Tindakan
Keunggulan Bethsaida Hospital tidak berhenti pada teknologi bedahnya saja. Klinik THT di rumah sakit ini dirancang sebagai layanan menyeluruh—mulai dari konsultasi, pemeriksaan endoskopi hidung dan tenggorokan, audiometri (tes pendengaran), hingga fasilitas bedah yang dilengkapi alat terkini.
“Tujuan kami adalah memberikan pengalaman pengobatan yang terintegrasi dan nyaman bagi pasien. Tidak perlu dirujuk ke sana-sini. Semua kami sediakan dalam satu atap,” ujar dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong.
Jadi, radang amandel bukanlah sekadar keluhan ringan. Jika tubuh Anda sering mengirimkan sinyal berupa sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan menelan, mungkin saatnya berhenti menganggapnya remeh. Sebab, ketika sistem pertahanan tubuh Anda mulai ‘berbalik arah’, jangan tunda untuk mencari bantuan medis yang tepat.