Suara.com - Di balik kesejukan musim hujan, ada ancaman yang tidak terlihat: nyamuk Aedes aegypti pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Genangan air yang muncul di selokan, pot bunga, atau tempat penampungan air menjadi lokasi ideal bagi nyamuk ini berkembang biak.
Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin, menekankan bahwa ibu memegang peran vital dalam menjaga kesehatan keluarga. Dari memastikan rumah tetap bersih hingga rutin memeriksa potensi tempat perindukan nyamuk, ibu sering kali menjadi garda terdepan.
“Keluarga adalah benteng pertama melawan DBD, dan kader Jumantik adalah ujung tombak di lapangan,” ujarnya, dalam siaran pers yang diterima Suara.com, baru-baru ini.
DBD Masih Jadi Ancaman Serius
Data Kementerian Kesehatan hingga Juli 2025 menunjukkan Jawa Timur mencatat 13.836 kasus DBD, tertinggi kedua di Indonesia. Kota Malang sendiri, hingga Mei 2025, telah melaporkan 459 kasus dengan empat kematian. Tahun sebelumnya, jumlah kasus di kota ini mencapai 727 kasus.
Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M., menyebut angka tersebut sebagai peringatan untuk semua pihak.
“Pencegahan melalui edukasi dan kolaborasi lebih penting daripada pengobatan. Saya berharap program ini meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para ibu, akan bahaya DBD,” kata Wahyu.
Arumi juga mengapresiasi pendekatan yang melibatkan edukasi langsung, pelatihan, dan pemantauan. Ia menilai keseriusan program terlihat dari adanya demonstrasi efektivitas lotion anti nyamuk menggunakan nyamuk dari peternakan steril milik Enesis Group.
“Dengan semangat gotong royong dan keterlibatan semua pihak, saya berharap ini menjadi awal perubahan besar menuju Kota Malang yang lebih sehat dan bebas dari DBD,” tambahnya.
Baca Juga: Tasya Kamila Ungkap Fakta Mengejutkan Soal DBD yang Sering Diabaikan Orang Tua, Apa Saja?

Program Edukasi 3M+ Mengoles
Untuk menekan angka kasus, Enesis Group melalui brand Soffell bekerja sama dengan Pemerintah Kota Malang, Dinas Kesehatan, dan TP PKK Provinsi Jawa Timur meluncurkan program CSR Gerakan Berantas Nyamuk Bersama 3M+ Mengoles: Keluarga Sehat dan Bebas DBD.
Fokusnya ada di Kecamatan Sukun dan Blimbing, dua wilayah dengan kasus DBD tertinggi di kota ini.
CEO Enesis Group, Aryo Widiwardhono, menegaskan bahwa program ini berangkat dari misi sosial.
“Kami tidak hanya hadir dengan produk, tetapi juga membawa misi. Soffell sebagai lotion anti nyamuk hanyalah satu alat, tapi edukasi dan perubahan perilaku adalah tujuannya. Ini bukan soal bisnis, ini soal kemanusiaan,” ujarnya.
Sebanyak 220 kader Jumantik dari 22 kelurahan dilibatkan untuk melakukan edukasi door-to-door kepada lebih dari 47 ribu warga. Pesan utamanya adalah Gerakan 3M+, yaitu Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan mengoleskan lotion anti nyamuk.
Target Hasil yang Terukur
RM Ardiantara, Head of HR & Public Relations Enesis Group, menegaskan pentingnya keberlanjutan program.
“Program ini dirancang berdampak. Di wilayah lain, pendekatan ini meningkatkan Angka Bebas Jentik dari 95 persen menjadi 99 persen, dan menurunkan rumah positif jentik hingga 80 persen. Kami yakin Malang pun bisa meraih hasil serupa,” jelasnya.
Program ini akan berjalan selama 30 hari mulai 11 Agustus hingga awal September 2025. Setiap kader dibekali materi edukasi, produk Soffell, dan instrumen pelaporan untuk memantau perubahan perilaku warga.
Pencegahan DBD bukan sekadar kegiatan musiman, tetapi harus menjadi kebiasaan. Dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan keterlibatan aktif masyarakat, diharapkan lahir budaya baru: hidup sehat, peduli lingkungan, dan melindungi keluarga dari ancaman nyamuk pembawa penyakit.