Tak hanya itu, ia mendapatkan informasi bahwa Megawati pernah melamar Rais 'Aam PBNU Miftachul Akhyar untuk mendampingi Ganjar hingga tiga kali.
Tetapi kabarnya, tokoh sepuh NU itu menolak ketiga lamaran tersebut.

"(PBNU) Ditanya bagaimana kalau Kiai Miftah, tapi Kiai Miftah-nya Rais 'Aam juga, konon menolak sampai tiga kali," lanjutnya.
Selain itu, Rommy juga mengatakan telah mendapatkan informasi dua sosok yang masuk dalam daftar pilihan Ketum PDIP, di antaranya Menko Polhukam Mahfud MD dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Saya dapat informasi sudah menerima Pak Mahfud MD dua minggu lalu, minggu ini menerima Ibu Khofifah," ucapnya.
Kekuatan Politik Besar
Dalam penilaian Pengamat sekaligus Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto, hal tersebut merupakan upaya untuk menyeimbangkan dua kekuatan besar politik nasional.
"Saya pikir itu bagian dari upaya menyeimbangkan dua kekuatan politik besar di Indonesia yakni nasionalis dan religius. Dengan bersatunya kedua kekuatan ini tentunya akan mengurangi tensi politisasi identitas yang belakangan terjadi dan juga potensi meraup suara yang besar," ujarnya saat dihubungi Suara.com pada Senin (2/10/2023).
Ia juga mengungkapkan, pilihan Megawati dan PDIP dalam memutuskan cawapres dari kalangan tokoh senior NU tidak terlepas dari faktor lainnya.
Baca Juga: Klaim Tak Haus Kekuasaan, Sandiaga Ngaku Legowo Kalau Gagal Jadi Cawapres Ganjar
"Saya pikir faktor kharisma dan ketokohan menjadi dua faktor di balik latar belakang tersebut," ujarnya.
Meski begitu, ia menilai bahwa kemungkinan Ganjar bakal 'dijodohkan' dengan tokoh dari kalangan NU untuk Pilpres 2024 mendatang masih sangat bergantung pada koalisi partai politik yang mengusung mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.
"Tergantung pada dinamika politik ke depan dan kesepakatan dalam koalisi," ujarnya.