Sementara itu, dua mesin politik yang selama ini mendominasi Jatim, yakni PDIP dan PKB sebagai representasi kekuatan politik abangan dan santri, saat ini terpecah di dua gerbong koalisi yang berbeda.
"Namun demikian, konstalasi politik Jawa Timur masih dinamis. Momentum 1,5 bulan ke depan bisa dimanfaatkan oleh masing-masing paslon untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya," ujarnya.
"Mengingat Jatim adalah battle field terbuka dalam Pilpres, maka jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik santri di Jatim, besar kemungkinan Paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional," imbuh Umam.