Mengintip Tradisi Puasa di Maroko

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 01 Juli 2014 | 17:47 WIB
Mengintip Tradisi Puasa di Maroko
Suasana kota Marakesh di Maroko (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ramadan, bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, memiliki arti khusus bagi umat Islam di penjuru dunia. Tak terkecuali umat Islam di Maroko, yang di masa lalu pernah menjadi salah satu pusat peradaban Islam.

Sepanjang bulan Ramadan, masjid-masjid di Maroko menjadi semarak oleh umat Islam yang ingin mendapat berkah Ramadan.

Orang-orang menghabiskan hari-hari dan malam mereka mereka dengan berdoa di masjid. Ramadan menjadi bulan di mana semua anggota keluarga berkumpul. Setiap malam, berbagai jenis makanan lezat terhidang di meja makan. Di bulan Ramadan, para ibu rumah tangga menyiapkan hidangan khusus seperti harira, sup khas Maroko.

Sup ini kaya akan kalori dan rempah-rempah, dan biasa  dijadikan sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Setelah itu biasanya disusul dengan kurma atau sarang chebbakia (wafer dilapisi madu) atau briouates (lapisan kue yang diisi dengan keju segar dan direndam dalam madu).

Hidangan lainnya adalah baghrir (Maroko pancake) m'semmen (wafer) dilapisi dengan madu dan mentega, harcha (mengandung semolina), sellou (campuran almond dengan tepung dan bahan lainnya), CAAB ghzale (tanduk kue gazelle dengan lapisan almond bubuk). Tak ketinggalan briouate yang diisi dengan udang atau daging dan dihidangkan bersama minuman khas Maroko, teh mint.

Seperti umat Islam lainnya, orang Maroko juga menganggap 10 hari terakhir bulan Ramadan sebagai hari yang penuh berkah. Terutama  malam tanggal 27, atau yang dikenal dengan malam lailatul qadr.  Dalam tradisi masyarakat Maroko, sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dimanfaatkan untuk menginisiasi anak-anak pada ibadah puasa. Dan setelah berbuka puasa, anak-anak dan gadis-gadis muda berpakaian dalam pakaian tradisional yang indah.

Sedangkan bagi orang dewasa, sepuluh hari terakhir Ramadan ditandai dengan peningkatan intensitas spiritual mereka dengan memperbanyak membaca Al Qur'an.

Akhirnya pada hari terakhir bulan Ramadhan, digelar festival 'Ied Al-Fitr. Sambil mengumandangkan takbir digelar pawai di jalan-jalan di kota Maroko.  (Islamweb.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI