Belasan perempuan itu terlihat sehat lagi bahagia. Gelak tawa cukup sering terdengar meramaikan perbincangan mereka. Senyum lebar senantiasa menghiasi wajah mereka yang selalu memancarkan semangat.
Melihat kondisi ini, siapa yang menyangka kalau para perempuan ini pernah melewati masa sulit? Tapi itulah kenyataannya.
Bertahun lalu para perempuan ini harus berjuang untuk melawan sel kanker yang tumbuh di payudara mereka. Bahkan, banyak dari mereka yang kini sudah tak memiliki payudara lagi, alias telah menjalani operasi mastektomi.
Ya, para perempuan ini adalah para survivor yang berhasil sembuh dari penyakit yang paling banyak membunuh kaum Hawa ini. Namun dengan pikiran positif, rasa syukur dan dukungan penuh yang diberikan keluarga maupun lingkungan sekitar membuat para perempuan ini kuat menjalani perawatan dan pengobatan kanker payudara. Bahkan mereka mampu menginsipirasi perempuan lain dengan bergabung di Komunitas "Love Pink".
Sore itu mereka sedang memperingati “Breast Cancer Awareness Month” di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Semangat berbagi pengetahuan tentang kanker payudara dan saling menguatkan tergambar dari wajah-wajah mereka.
Komunitas "Love Pink" dibentuk sebagai rumah bagi para perempuan yang terdiagnosis kanker payudara untuk berjuang bersama mendapatkan semangat untuk sembuh kembali.
Love Pink, kata Samantha Barbara, Chair Person Love Pink, digagas oleh dua orang sahabat, Madelina Mutia dan Shanti Persada yang sama-sama terdiagnonis kanker payudara.
"Mereka saling menguatkan satu sama lain dan akhirnya mereka merasa, ternyata kalau saling support satu sama lain dengan orang yang sama-sama mengalami tuh beda ya rasanya," kata Samantha mengawali ceritanya
Keduanya lantas memutuskan untuk saling memberikan dukungan dan semangat kepada perempuan lain yang baru terdiagnosa kanker payudara.
Hingga pada bulan Mei 2015 lalu, mereka resmi bergabung dalam komunitas Love Pink. Baru memasuki usia enam bulan, anggota komunitas ini sudah mencapai lebih dari 400 orang.
"Kami adalah sahabat yang tidak hanya mengerti perasaan dan emosi para penyandang kanker payudara, tapi juga terus mengampanyekan supaya para perempuan terhindar dari kanker payudara," terang Samantha.
Pada perjalanannya, Love Pink mengacu pada dua pilar, yakni dukungan dan edukasi. Dijelaskannya, hampir seluruh perempuan yang terdiagnosis kanker payudara, pasti merasa depresi, sedih dan juga putus asa. Disinilah peran anggota Love Pink untuk memberikan dukungan dan semangat bagi mereka.
"Kita juga biasanya adakan kunjungan ke rumah sakit. Kalau ada yang galau, mereka mau ketemu orang, ya kita datang. Yang mau kemo, USG, mastektomi, itu kan nggak gampang ya, kita akan dampingi untuk support," tambah dia.
Love Pink juga selalu memberikan edukasi tentang kanker payudara, khususnya mengenai pentingnya SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) kepada para perempuan dari berbagai latar belakang.
Selanjutnya, Love Pink juga akan membuka Love Pink Care Center, di mana tempat itu akan menjadi pusat informasi seputar kanker payudara. Di sana, nantinya mereka yang terdiagnosis kanker payudara, beserta keluarganya dapat melakukan konseling.
Sementara para anggota yang sudah tergabung dalam Love Pink akan diberikan pelatihan dan pembekalan untuk menjadi pembicara, membagikan pengalamannya untuk pasien yang sedang menjalani pengobatan dan perawatan, serta para perempuan yang tidak terdiagnosis kanker.
"Kita juga baru launching aplikasi yang bisa diunduh di android, yaitu Love Pink Breasts. Itu juga penting karena merupakan edukasi, agar semua orang punya panduan dan punya pengingat," ujar dia.
Jadi, bagi Anda yang peduli dan ingin memberikan dukungan serta semangat untuk mereka yang sedang menjalani perawatan, Love Pink membuka jalur Volunteer yang akan ikut membantu kegiatan mereka di Love Pink Care Center.
"Lewat Love Pink, kami ingin mengingatkan seluruh perempuan di luar sana bahwa kanker bukan akhir dunia," tutup dia.