Arief menambahkan, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen, dengan tren naik sampai 6,9 persen. Itu artinya jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif, dan pertambangan.
Devisa pariwisata sebesar US$ 1 juta, mampu menghasilkan PDB sebesar US$ 1,7 juta atau 170 persen. Ini merupakan jumlah yang tinggi bila dibandingkan dengan industri lainnya.
“Pariwisata disebut memiliki multiplying effect yang besar, angkanya bisa sampai 1,7 kali,” jelasnya.
Pariwisata juga merupakan penyumbang terbesar bagi devisa negara, berada di peringkat ke-4, yaitu sebesar 9,3 persen jika dibandingkan industri lainnya.
Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi adalah 13 persen, jika dibandingkan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang turun drastis.
“Biaya marketing sektor pariwisata cuma 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan. Ini sangat kecil dibandingkan dengan pertambangan,” ungkapnya.
Arief mencontohkan, kilang minyak blok Masela yang akan dibangun di darat (onshore) membutuhkan delapan tahun untuk eksplorasi. Itu artinya, jika investasinya saat ini, maka devisanya akan didapat delapan tahun lagi.
“Padahal harga minyak dunia, dari US$ 100, menjadi US$ 50, dan turun lagi sekarang tinggal US$ 36 per barel. Gaduhnya juga luar biasa,” ucapnya.
Diskusi ini juga diikuti oleh Gubernur BI, Agus Martowardjojo, Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Asman Abnur, Gubernur Kepri, Nurdin Basirun, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, dan Kepala Badan Pengusahaan (BP), Hatanto Reksodipoetro.
Bagaimana dengan ketenagakerjaan?
Pariwisata menyumbang 9,8 juta lapangan kerja, atau sebesar 8,4 persen secara nasional. Itu artinya menempati posisi ke-4 dari seluruh sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam kurun waktu 5 tahun.
“Pariwisata juga pencipta lapangan kerja termurah, hanya US$ 5.000 per satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya, yang besarnya US$ 100.000 per satu pekerjaan," kata Menpar.