Ia juga menjelaskan bahwa untuk pembuatan kaldu yang kental berasal dari daging sapi yang direbus dengan jumlah yang banyak. Semakin banyak, menurut Slamet, semakin kental.
”Tergantung kuahnya, dagingnya banyak di kaldu, kental bumbunya, sama kuat dagingnya,” ujarnya sembari melayani pembeli yang sudah antre.
Adapun untuk membuat bumbu kaldunya tidak terlepas dari rempah-rempah seperti bawang, merica, kemiri, kunyit tidak lupa jahenya. Bumbu ini dipertahankan sampai saat ini.
Terhitung sudah hampir 34 tahun, Sutri masih konsisten menjaga rasa soto yang dibuatnya.
Slamet menceritakan, dalam proses penjualan, satu harinya bisa menghabiskan daging rata-rata 100 kg. Itupun tergantung hari, jika dihari libur seperti Sabtu dan Minggu bisa menghabiskan 100 kg daging sapi.
Sedangkan untuk hari biasa pada jam kerja seperti Senin hingga Jumat, menghabiskan 40-60 kg daging. Dari semua itu, Slamet bisa membuat hampir 1000 porsi per harinya.
Sementara untuk harganya, satu porsi Soto Sutri Rp 18.000. Kalau dihitung-hitung harga yang ditawarkan relatif murah dibandingkan dengan rasa sotonya yang begitu menggiurkan dan bikin ketagihan.
Saking lezatnya, rasa Soto Sutri yang melegenda ini populer hingga di kalangan pejabat daerah Banyumas, anggota Kepolisian, jajaran TNI, menteri, bahkan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun pernah datang ke warungnya hanya untuk mencicipi sotonya.
Meski demikian Sutriyah tidak pernah membedakan tamu yang hadir. Menurutnya semua pembeli sama, jadi tidak ada yang diistimewakan.
Baca Juga: Nikita Mirzani Siap Operasi Lagi, Nggak Kapok?
“Menteri-menteri datang ke sini, tapi ya perlakuannya sama,” tutur Rustinah menjelaskan bagaimana Sutriyah menjalani usaha sotonya. Sungguh mulia hati Ibu Sutri.(Somad)