Wakil Gubernur Sumbar mengatakan, dampak positif penyelenggaraan TdS sangat dirasakan oleh masyarakat, terutama direct impact ekonomi selama penyelenggaraan berlangsung. Hal ini terlihat dengan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel, penjualan makanan, suvenir, dan oleh-oleh khas Sumbar.
"Selain itu, mendorong meningkatnya infrastruktur, terutama jalan-jalan yang akan dilalui peserta balap sepeda, yang menjadi terpelihara dan semakin mulus," ujar Nasrul.
Menurut Nasrul, TdS juga menjadi sarana yang efektif untuk mempromosikan pariwisata Sumbar. Sejak penyelenggaraan TdS pertama 2009, kini bermunculan destinasi wisata baru di Sumbar dan dikenal masyarakat luas.
“Tidak terasa kita sudah menyelenggarakan Tour De Singkarak 2018 selama 10 tahun, atau kita sebut 1 dekade. Tema tahun ini adalah ‘One Decade for All’, yang merupakan kinerja kerja kita untuk Sumatera Barat. Ini merupakan karya kita bersama Sumatera Barat untuk Indonesia,” kata Nasrul.
Provinsi Sumba, tahun ini, memiliki 132 calender of event (CoE). Dari 132 CoE tersebut , 3 event di antaranya adalah TdS 2018, Festival Pagaruyung, dan Sawahlunto International Music Festival, yang masuk dalam CoE Wonderful Event.
Nasrul mengatakan, pariwisata Sumbar sudah didukung oleh unsur 3A, atraksi, amenitas, dan aksesibilitas yang memadai. Sumbar memiliki atraksi (man-made), antara lain Pacu Jawi, Pacu Itiak, Tabuik, Pacu Kuda, Lomba Layang-Layang, Pacu Biduak, dan TdS.
Atraksi alam (natural), antara lain Danau Meninjau, Pulau Pagang, Pulau Mandeh, Bukit Tinggi, dan Pulau Mentawai sebagai destinasi surfing kelas dunia.
Sementara itu, untuk amenitas, Sumbar sejak 2015 mempunyai 313 hotel dengan jumlah kamar 4.750 unit. Unsur aksesibilitas Sumbar, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang diterbangi oleh maskapai nasional, seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, NAM Air, Citilink, Batik Air, dan Wings Air.
Baca Juga: Kemenpar Gelar APWI 2018, Berhadiah Total Rp 300 Juta