Eco Beach Tent Belitung Tawarkan Konsep Camping di Alam

Selasa, 30 Oktober 2018 | 12:00 WIB
Eco Beach Tent Belitung Tawarkan Konsep Camping di Alam
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, di Eco Beach Tent, Pulau Belitung. (Dok: Kemenpar)

Salah satunya, ikut memasak makanan yang akan dimakan. Tamu bisa berpartisipasi dalam proses mengumpulkan bahan-bahan, apakah yang baru memanen sayuran segar dari kebun organik, atau ikan lokal yang ditangkap setiap hari dengan cara tradisional.

Kegiatan lainnya, ada olahraga air, petualangan darat, eksplorasi budaya, atau bersantai di pulau pribadi. Wisatawan juga bisa menemukan varietas satwa liar atau memancing di pantai Tanjung Kelayang.

Bahkan, Eco Beach Tent memberikan pengalaman mengarungi Pulau Kelayang atau mengagumi pemandangan yang indah Belitung di puncak Batu Baginda.

"Tamu bisa menikmati air laut dangkal yang tenang dengan bermain kano, dayung, atau snorkeling. Kegiatan yang paling luar biasa adalah kesempatan untuk mendapatkan liburan ke pulau-pulau pribadi yang terpencil. Pantai ini sangat bagus untuk berenang, piknik, atau bahkan dipijat oleh terapis," tutur Ria.

Tenaga ahli Menteri Pariswisata Bidang Nomadic Tourism, Waizly Darwin, mengatakan, tren amenitas di tingkat global beralih ke amenitas berbasis experience. Bila dulu yang dicari adalah hotel berbintang atau non bintang, kini yang banyak diburu adalah specialty lodging, homestay/guesthouses, atau bumi perkemahan glamping.

"Nomadic tourism ini membangun hotel berbintang dengan cara cepat dan modal bersahabat untuk menjawab tantangan zaman now. Bilamembangun hotel konvensional, selain modalnya harus besar, proses pembangunannya juga lama. Dengan nomadic tourism, investor bisa mendirikan kamar sebagai hotel di mana saja dan kapan saja," ujarnya.

Dia menjelaskan, kini membangun hotel berbintang cukup dengan modal investasi sebesar Rp 70 juta per kamar. Kamar ini bisa didirikan di daerah-daerah yang memiliki tempat wisata.

Kamar hotel juga bisa dipindah, bila lokasi dianggap kurang prospektif di kemudian hari.

"Backpacker zaman now banyak yang menjadi nomadic travelers, di antaranya Glampacker (millennial nomad), Luxpacker (luxurious nomad), dan Flashpacker (digital nomad). Jumlah mereka mencapai 39,7 juta orang di dunia. Indonesia merupakan destinasi pilihan kaum nomad," papar Waizly.

Baca Juga: 38 Finalis PPI 2018 Dibekali Nomadic Tourism oleh Menpar

Ia menambahkan, Glampacker merupakan traveler yang mengembara untuk melihat dunia yang Instagramabble. Jumlahnya mencapai 27 juta orang.

Luxpacker adalah mengembara untuk melupakan dunia, dengan jumlah 7,7 juta orang, dan Flashpacker adalah mereka menetap sementara di satu tempat sembari berkerja dari mana saja, mencapai 5 juta orang.

"Indonesia, berdasarkan sejarahnya, merupakan jalur jelajah para kaum nomad. Bila dulu kita menyebut mereka pengembara, sekarang kita bisa menyebutnya wisatawan nomad," ujarnya.

Cara terbaik untuk menuju Eco Beach Tent adalah dengan terbang ke Bandara Internasional Belitung (TJQ), kemudian berkendara 30-40 menit ke arah Tanjung Kelayang, dengan mobil sewaan atau taksi. Penjemputan di bandara juga tersedia berdasarkan permintaan.

Penerbangan harian ke Belitung sudah tersedia dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

REKOMENDASI

TERKINI