Selamatkan Bumi, Yuk Bijak Menggunakan Plastik!

Senin, 22 April 2019 | 12:30 WIB
Selamatkan Bumi, Yuk Bijak Menggunakan Plastik!
Tas plastik larut dalam air untuk menjaga bumi dengan bijak menggunakan plastik. (Instagram/@avanieco)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selamatkan Bumi, Yuk Bijak Menggunakan Plastik!

Jatuh pada hari ini,  22 April selalu diperingati sebagai Hari Bumi. Beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai disodori fakta bahwa bumi semakin tidak sehat untuk ditinggali.

Laut, yang merupakan sumber kehidupan dan pusat ekosistem di planet ini, tercemar limbah plastik berjuta-juta ton setiap tahunnya.

Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT, Ir. F. M Erny S. Soekotjo M.Sc dalam rilis yang diterima Suara.com, mengakui bahwa dalam lima tahun terakhir, plastik sangat dimusuhi.

“Ini akibat edukasi tentang plastik yang masih sangat kurang. Konotasi tentang plastik di masyarakat saat ini adalah sebatas tas plastik atau kantong plastik pembungkus makanan. Padahal, setiap hari kita sangat bergantung pada plastik. Bangun tidur kita sikat gigi menggunakan sikat gigi terbuat dari plastik,” jelas Erny memberikan contoh.

Dijelaskan Erny, plastik ditemukan dan kemudian berkembang pesat, karena memiliki banyak keunggulan. Ringan, tahan lama, anti korosif, murah, dan praktis. Maka dalam waktu singkat plastik menjadi idola baru dan menggantikan logam dan kayu, untuk berbagai kebutuhan.

“Plastik atau polimer adalah material yang baru ditemukan, lebih muda dibandingkan logam. Dan sampai sekarang, secara material, plastik masih bisa berkembang. Masih sangat terbuka untuk mengembangkan produk baru yang cuztomize sesuai kebutuhan,” ujar Erny.

Satu-satunya kelemahan plastik adalah tidak mudah diuraikan oleh bakteri atau mikroorganisme sehingga mencemari lingkungan. Dipaparkan Erny, polimer memiliki berat molekul sangat besar karena merupakan gabungan dari monomer-monomer yang lebih kecil dalam proses yang disebut polimerisasi.

Semakin banyak monomer yang digabung, maka plastik yang dihasilkan akan semakin kuat dan padat. Sebagai gambaran, agar kuat sebagai wadah, proses polimerisasi harus diulang sampai 10.000 kali.

Baca Juga: Rayakan Hari Bumi, ITS Gelar Uji Emisi Kendaraan Roda Empat

“Inilah yang menjadikan berat molekulnya besar sekali dan sulit dimakan bakteri,” tambah Erny.

Di balik sorotan terhadap sampah plastik yang mencemari bumi, sebenarnya industri plastik adalah industri yang paling rendah energi. Pengolahan plastik sangat rendah energi, hanya sekitar 3,1 KWH dibandingkan pengolahan industri logam (13,9 KWH), kaca, gelas, bahkan kertas. Inilah mengapa plastik disukai dan diproduksi besar-besaran oleh industri.

“Masalah terkait penggunaan plastik sebenarnya bukan pada material, namun cara memperlakukan plastik hingga ia berakhir di laut,” jelas Erny.

Di satu sisi, Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Ir. Sri Bebassari, M.Si mengatakan budaya membuang sampah di Indonesia masih memprihatinkan.

“Kita baru memiliki undang-undang pengelolaan sampah tahun 2008, bandingkan dengan Jepang yang sudah memilikinya sejak 100 tahun lalu, dan Singapura 40 tahun lalu,” jelas Sri.

Permasalahan sampah plastik yang kompleks, membuat akhirnya muncul kampanye untuk mulai mengurangi penggunaan plastik. Mungkinkah?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI