3. Miras dan alkohol
Gaya hidup glamor di kalangan papan atas yang rentan pengaruh minuman keras dan narkoba bisa memicu risiko depresi dan bunuh diri. Miras dan narkoba dapat menyebabkan kecanduan jika terus dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang. Kecanduan itu sendiri bisa berangkat dari awalnya coba-coba yang kemudian dijadikan pelarian saat menghadapi tuntutan pekerjaan yang mahaberat.
Meski begitu, kebanyakan kasus ketergantungan miras dan narkoba ternyata lebih dulu diawali oleh depresi. Hampir sepertiga orang yang lebih dulu memiliki depresi berat kemudian baru mengembangkan masalah ketergantungan alkohol. Bahkan sejumlah penelitian melaporkan bahwa remaja yang mengalami depresi berat bisa dua kali lebih rentan untuk mulai minum-minum miras, ketimbang remaja yang tidak menderita depresi.
Sebuah penelitian dari Cornell University Medical College di New York melaporkan bahwa lebih dari lima puluh persen dari total kasus bunuh diri di dunia terkait dengan kecanduan minuman keras dan obat-obatan terlarang. Risiko percobaan bunuh diri bahkan diketahui 120 kali lebih tinggi dialami oleh orang dewasa yang kecanduan miras daripada orang dewasa yang tidak.
Jika seseorang yang sudah menderita depresi terbiasa minum alkohol, gejala depresinya bisa makin memburuk sehingga cenderung berpikiran untuk bunuh diri. Terlebih, efek memabukkan alkohol bisa membuat orang bertindak nekat tanpa pikir panjang. Ini pemikiran bunuh diri yang sudah menghantui sebelumnya semakin menjadi-jadi dan dibuat nyata setelah “dibantu” dengan pengaruh minuman keras.
4. Stigma negatif dari profesi itu sendiri
Profesi sebagai selebriti maupun pekerja seni adalah sebuah ironi. Anda bisa saja dikerumuni oleh banyak orang, mulai dari staf, pengawal pribadi, hingga fans yang membludak tapi tetap merasa sendirian dan kesepian.
Selebriti pada umumnya harus terus-terusan “jaga image” dan menyimpan sendiri kegundahan atau kesedihannya agar tidak terlihat lemah. Ini bisa membuat Anda sulit untuk mengungkapkan emosi ketika harus menghadapi beratnya tekanan pekerjaan dan terpaan gosip kejam dari kanan-kiri, meski ia sudah merasa benar-benar putus asa.
Namun, karena ketenaran dan image, tekanan besar untuk menjaga citra diri sesempurna mungkin membuat selebriti umumnya enggan mencari pertolongan ketika depresi atau masalah kesehatan jiwa lainnya.
Baca Juga: Live Instagram Sebelum Bunuh Diri, Ini yang Dikatakan Sulli
Mereka mungkin takut dan cemas akan diekspos oleh tabloid dan orang-orang usil ketika ketahuan mengunjungi psikolog. Akibatnya, keputusasaan ini akan terus menumpuk dan “meracuni” jiwa sampai akhirnya ia tidak kuat lagi untuk membendungnya.
Jadi siapapun Anda, selebriti atau atau tidak, penting untuk mengetahui kebutuhan kesehatan jiwa untuk bisa ditangani tepat dan cepat. Karena masalah kejiwaan bisa disembuhkan jika Anda tidak membendungnya sendirian.