Suara.com - Ramai Dibahas Netizen, 5 Fakta Viral Tentang Penutupan McDonald's Sarinah
Penutupan McDonald's Sarinah pada Minggu 10 Mei 2020 kemarin menjadi perbincangan netizen. Selain rasa haru karena tutupnya restoran yang sudah beroperasi 29 tahun ini, ada juga netizen yang menyampaikan rasa geram.
Penutupan McDonald's Sarinah menjadi perbincangan karena dinilai melanggar peraturan tidak boleh berkumpul dalam Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang baru akan berakhir 22 Mei.
Netizen menganggap mereka yang berkumpul saat penutupan McDonald's Sarinah tidak sensitif terhadap situasi, bahkan berpotensi menjadi penyebar virus Corona Covid-19 yang saat ini tengah mewabah.
Bahkan, sutradara kenamaan Joko Anwar turut berkomentar tentang kejadian yang terjadi semalam. Lalu, apa penjelasan pihak satpol PP? Benarkah keterangan saksi mata yang menyebut satpol PP baru datang setelah acara selesai?
Untuk mengetahui lebih jelas, simak fakta viral tentang penutupan McDonald's Sarinah berikut ini ya!
1. Perpisahan McDonald's Sarinah Diwarnai Kerumunan, Joko Anwar: Memalukan

Sutradara Joko Anwar menyesalkan kejadian penutupan gerai McDonald's Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat yang diwarnai dengan kerumuman warga pada Minggu (10/5/2020) malam.
Menurut Joko Anwar, semestinya warga tak perlu menunjukkan antusiasme sedemikian rupa lantaran Indonesia tengah dilanda pandemi virus corona.
Baca Juga: Abaikan PSBB Demi Momen Terakhir di McDonald's Sarinah
2. Satpol PP DKI Klaim Langsung Bubarkan Kerumunan McDonald's Sarinah

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim langsung mengambil tindakan begitu mengetahui adanya kerumunan saat hari terakhir restoran siap saji McDonald's Sarinah beroperasi. Kerumunan diklaim langsung dibubarkan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Arifin mengatakan, banyaknya orang yang berkumpul itu karena kegiatan yang mendadak. Namun petugasnya diklaim langsung membubarkan tak lama setelah orang-orang berkumpul.
3. Warga Bantah Kerumunan di McDonald's Sarinah Langsung Dibubarkan Petugas