Pandemi Covid-19, Jumlah Guru yang Dibutuhkan Naik 1.000 Persen

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 24 Juni 2020 | 20:51 WIB
Pandemi Covid-19, Jumlah Guru yang Dibutuhkan Naik 1.000 Persen
Ilustrasi KBM online - (Unsplash/@anniespratt)

Suara.com - Pakar mengungap selama pandemi Covid-19 masih mengancam Indonesia, maka kebutuhan akan jumlah guru diprediksi terus meningkat, bahkan hingga 1.000 persen.

Hal ini dikarenakan tingginya animo sekolah yang menerapkan proses pembelajaran secara daring atau online.

Dilansir VOA Indonesia, Guru Besar Kependidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Harun Joko Prayitno, penerapan belajar daring sebaiknya ditinjau kembali.

Dia mengusulkan setidaknya di tingkat Sekolah Dasar (SD), proses belajar mengajar tetap dengan tatap muka. Sekolah harus mengirim guru ke rumah, selain mengajar juga untuk mendampingi orang tua melakukan pembelajaran mandiri di rumah.

Namun, langkah itu membutuhkan konsekuensi besar, karena Indonesia akan membutuhkan jumlah guru sepuluh kali lipat lebih banyak dari sekarang.

"Diperlukan menghadirkan guru di rumah, guru hadir di rumah. Konsekuensinya, kalau home schooling dan home visit diterapkan, kebutuhan jumlah guru akan 1.000 persen. Asumsinya, satu kelas 30 murid diasuh oleh 1 guru, kalau home schooling 30 murid, diasuh 10 guru, maka naik 1.000 persen," kata Prayitno.

Harun Joko Prayitno berbicara dalam seminar Guru Profesional Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kondisi Wabah Corona dan Tantangan Era New Normal. Seminar diselenggarakan Pendidikan Profesi Guru, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Rabu (24/6).

Berkunjung ke rumah siswa bagi guru SD adalah langkah yang sangat strategis. Pendidikan di tingkat ini, kata Prayitno, tidak akan lengkap tanpa tatap muka dengan guru. Selain itu, dalam kesempatan yang sama, guru bisa turut memberdayakan orang tua. Misalnya mengajarkan metodologi yang tepat dalam melakukan pembelajaran di rumah.

Tidak dapat dipungkiri, orang tua mengalami kejenuhan dan stres di era belajar di rumah ini. Mereka tidak dibekali kemampuan mengajar anak, tiba-tiba dibebani kewajiban besar tersebut. Pendampingan oleh guru menjadi jalan keluar terbaik, untuk mengurangi tekanan psikis baik di sisi siswa maupun orang tua.

Baca Juga: Fokus Tingkatkan Hasil Belajar Siswa, Kemendikbud Luncurkan Guru Penggerak

Kunjungan ke rumah juga patut diagendakan oleh sekolah, karena belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir. Namun setidaknya, ada kebijakan untuk memperpanjang proses belajar di rumah hingga Desember 2020. Prayitno mengingatkan, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Adaptasi yang diterapkan di sektor ini, berbeda dengan adaptasi sektor manufaktur dan sejenisnya.

"Siswa TK dan SD itu perlu dibei home visit dan home schooling karena pengajaran sistem daring itu mereduksi pendidikan nilai-nilai karakter siswa," kata Prayitno.

Kunci utamanya, tambah Prayitno, adalah proses ini tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, aturan tentang homeschooling juga perlu diubah. Pendidikan di rumah, tidak hanya ditangani orang tua, tetapi juga guru.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI