Cantik! Saat Sampah Tanaman Gulma Resam Dijadikan Seni Instalasi di Jambi

Rabu, 28 Oktober 2020 | 07:05 WIB
Cantik! Saat Sampah Tanaman Gulma Resam Dijadikan Seni Instalasi di Jambi
Tanaman gulma Resam diolah menjadi karya seni menarik di Jambi. (Foto : Dokumen Kilau Art Studio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Ya, inti nya itu, warning atas dampak perluasan infrastruktur. Ini (karya Harmoni(s)) juga bisa menjadi mitigasi dampak negatif infrastruktur pada ekosistem setempat,” kata Hendra.

Meski dianggap gulma dan menganggu, tanaman resam menjadi penolong bagi masyarakat. Tanaman bernama latin dicranopteris linearis ini kerap dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk membuat beragai macam kerajinan yang bisa diperjualbelikan kepada wisatawan maupun di jual ke kota.

“Adanya kerajinan dari resam ini merupakan bentuk pemanfaatan sampah ekologis budidaya silvikultur. Bisa menjadi road map ekonomi kreatif berbasis gulma meski ironisnya juga menjadi tanda keragaman hayati ekosistem yang terganggu. Istilahnya, berkah misterius dari tragedi deforestasi,” lanjut Hendra.

Instalasi dengan landscape klasik

Jika dulu lokasi kompleks Candi Muaro sulit untuk dijamah oleh orang awam, karena nilai kesakralannya, tapi kehadiran instalasi Harmoni(S) ini jadi cerminaan lokasi itu bisa menerima budaya baru.

“Seniman-seniman dari Kilau Art Studio seolah ingin menyambung masa lampau dengan fenomena saat ini,” ujar kurator seni Bambang Asrini Widjanarko.

Tanaman gulma Resam diolah menjadi karya seni menarik di Jambi. (Foto : Dokumen Kilau Art Studio)
Tanaman gulma Resam diolah menjadi karya seni menarik di Jambi. (Foto : Dokumen Kilau Art Studio)

Bambang juga menyinggung Candi Kedaton – Candi yang paling dekat dengan karya Harmoni(S) di kompleks Candi Muaro Jambi - sebagai Global Ancient College. Di mana Candi ini 1200 tahun yang lalu menjadi tempat belajar mengajar dengan ribuan murid dan peziarah.

“Seni diperlukan untuk menyampaikan ke luar bahwa ada sebuah peradaban kuno yang hingga kini terawat dengan baik dan bisa menjadi refleksi bagi kita semua. Juga bagaimana progresifnya kebudayaan itu dibangun dan terbangun oleh masyarakat yang cerdas pada masa lampau. Hal itu memantul pada kita lewat karya seni ini (Harmoni(S)),” tukas Bambang.

Sementara itu, orientasi Candi Kedaton sebagai warisan budaya masa lampau dan karya seni Harmoni(S) sebagai representasi budaya kekinian juga menarik untuk di simak.

Baca Juga: 800 Karya Seni Siap Meriahkan Pameran Art Virtual Jakarta 2020

“Jika kita perhatikan, Candi Kedaton sebagai peninggalan budaya masa lampau berorientasi pada sungai, sebagai penghubung dan pusat mobilitas kala itu. Bandingkan dengan karya Harmoni(S) yang berorientasi pada aspal (jalan raya) yang kini juga kita ketahui amat penting di era modern saat ini. Sebuah fenomena yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut,” ungkap Hendra.

Kehadiran karya seni gigantik Harmoni(S) bisa menjadi penanda era baru seni kontemporer yang berbasis pada kolaborasi, isu kekinian dan pemanfaatan wilayah-wilayah inti. Tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan riset dan indikator yang memadai.

“Sebuah model karya seni yang melahirkan kegiatan ekonomi padat karya, padat ide, dan realistis,” tutup Hendra.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI