Justru, rasa bahagia hadir ketika kita dapat membantu orang lain, misalnya di beberapa komplek perumahan, warga berinisiatif secara bergantian menyumbang masker untuk komunitas mereka dan makanan bagi keluarga yang sedang sakit.
Banyak dari kita juga semakin menyadari bahwa memberikan bantuan tidak hanya berupa materi, namun lebih dari itu. Mengadakan pertemuan secara virtual untuk sekadar ngobrol dan menanyakan kabar, serta mendengarkan cerita dari seorang teman, menjadi begitu berarti dalam menunjukkan perhatian dan memberikan dukungan.
Bertemu secara virtual telah membantu kita untuk bisa saling menyemangati dan menguatkan kita melewati hari-hari di rumah.
3. Sebanyak 69% responden merasa lebih dekat dengan orang-orang di sekitarnya.
Walaupun ada keterbatasan untuk bertemu secara fisik, 69% responden justru bisa mempererat hubungan persahabatan dan persaudaraan dengan orang-orang di sekitar mereka.
Komunikasi secara intens lewat media sosial, telepon dan tatap muka secara daring, membuat banyak orang justru lebih membuka diri dan merasa lebih dekat satu sama lain.
Begitu banyak hal yang tadinya tidak kita ketahui dari kehidupan rekan kantor, sekarang menjadi topik obrolan sehari-hari, seperti hewan peliharaan di rumah, makanan kesukaan, cerita lucu saat masih SD, bahkan berapa jumlah adik kakak yang sering kita lihat lewat di depan layar saat pertemuan daring.
Teman kantor yang tadinya kita kira serius dan pendiam, ternyata saat video call banyak bercerita lucu yang membuat teman lainnya selalu tertawa.
Keterbatasan untuk keluar rumah juga membuat banyak orang menjadi lebih dekat dengan komunitasnya termasuk dengan tetangga.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Ini Rahasia Menemukan Kebahagiaan Sejati
Tetangga dan orang sekitar menjadi keluarga kedua bagi kita.
4. Sebanyak 71% responden mempererat tali silaturahmi selama pandemi.