Setahun belakangan ini, Agoda melihat ada peralihan pada pola perjalanan karena hanya dibatasi pada wisata domestik, dengan mengeksplorasi tempat-tempat yang tidak begitu dikenal.
"Jika dikelola dengan baik, hal ini tak hanya membantu pengusaha hotel independen dan penyedia akomodasi yang mengandalkan dolar dari wisatawan. Namun juga bisa mengurangi beban lingkungan hidup pada area-area yang terlalu padat pengunjung," kata John dalam keterangan tertulisnya kepada Suara.com, Senin (7/6/2021).
Pandemi Covid-19 juga berdampak negatif pada sikap mengenai wisata berkelanjutan. Keinginan berwisata yang lebih berkelanjutan paling terlihat pada responden dari negara Korea Selatan (35 persen), India (31 persen) dan Taiwan (31 persen).
Bila dilihat secara global, hanya 25 persen responden memiliki keinginan semakin besar untuk berwisata berkelanjutan, bandingkan dengan 35 persen yang keinginannya menurun.
Negara-negara yang melaporkan proporsional penurunan terbesar adalah Indonesia (56 persen), Thailand (51 persen) dan Filipina (50 persen).
"Mengkhawatirkan saat melihat banyak orang menganggap wisata berkelanjutan menjadi kurang penting dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, namun saya harap ini hanya efek jangka pendek, yang disebabkan keinginan besar orang-orang untuk kembali ke luar sana dan bepergian dengan cara yang mereka inginkan," kata John.
Data tersebut berasal dari YouGov Singapore PTE Limited. Sampel total berjumlah 18.327 dari 14 negara. Survei dilakukan pada tanggal 10 Mei – 28 Mei 2021 secara online. Angka-angka tersebut merepresentasin orang dewasa di atas 18 tahun disetiap negara.