“Itu menandai akhir dari penderitaanku yang lima belas tahun belajar menulis puisi. Karena aku pernah tenggelam lama banget di kepenyairan liris."
“Jadi aku mencoba-coba teknik yang aku rasa cocok buat aku, meski sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Karena aku banyak mencampur ragam bahasa tutur sehari-hari,” pungkas Joko Pinurbo.