"Laki-laki dan perempuan mengalami perasaan negatif dalam tingkat yang hampir sama akibat putus cinta."
Gery mengatakan ilmu sains mengenai hubungan mengatakan 'attachment theory' atau gaya kelekatan adalah tolok ukur bagaimana gender mana pun berurusan dengan rasa patah hati setelah putus cinta.
'Attachment theory' adalah teori psikologis tentang bagaimana manusia membangun dan membina hubungan, yang membantu menjelaskan bagaimana kita "berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungan".
Secara teoritis, pola kelekatan seseorang terbentuk dari kasih sayang, dukungan dan rasa aman yang mereka dapatkan dari pengasuh ketika masih kanak-kanak.
Gery mengatakan jika Anda "terikat" secara gelisah dalam berhubungan, Anda kemungkinan akan membawa kegelisahan tersebut saat putus hubungan.
Jika Anda "suka menghindar" dalam hubungan, Anda mungkin juga akan menghindar ketika hubungan itu selesai.
Namun ia mengatakan konteks putus hubungan juga penting, melebihi gender dari orang yang ada dalam hubungan tersebut.
"Menurut saya ini lebih tergantung pada hubungan itu sendiri, bagaimana bisa selesai," katanya.
"[Misalnya] tentang sifat karakter seperti apa yang dimiliki orangnya, yang diketahui dan tidak, yang mungkin berperan dalam bagaimana kita menghadapi masalah putus cinta, mengatasinya dan rasa kesedihan dan kehilangan yang dirasakan."
Baca Juga: 3 Penyebab Putus Cinta yang Paling Menyakitkan
Meski Jessie setuju 'attachment theory' berperan penting dalam hubungan, ia mengatakan konsep sosial dan stereotip dalam hubungan sangatlah kuat dan berpengaruh hingga tidak dapat diabaikan.