Pilpres 2024 adalah Pilihan yang Pragmatis

Senin, 23 Oktober 2023 | 10:58 WIB
Pilpres 2024 adalah Pilihan yang Pragmatis
Ilustrasi Pilpres 2024. [Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Media sosial belakangan ini masih diramaikan dengan kabar politik menjelang bulan-bulan pemilu 2024. Partai-partai berlomba untuk mengumumkan dukungan bagi para capres dan cawapres yang bakal maju nantinya.

Namun, kabar terbarunya publik malah dibuat semakin bingung dengan pilihan pasangannya nanti. Lantaran polemik hingga track record pasangan-pasangan capers dan cawapres beserta partainya yang bakal maju pilpres.

Pilihan pada pilpres kali tak sedikit publik yang mengira kalau begitu pragmatis. Berikut alasan kenapa pilihan paslon yang maju Pilpres 2024 pragmatis.

Pilih PDIP Berkuasa Lagi dengan Segala Masalah Korupsi Kadernya

Menurut survei Puspoll Indonesia yang dirilis pada Minggu (23/5/2021), PDI Perjuangan (PDIP) menjadi partai terkuat dan paling bersih. Namun, terhitung ada 5 kader yang korupsi dan harus berurusan dengan KPK.

1. Korupsi Bansos Covid 2019

Mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara merupakan salah satu politisi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) yang tersandung kasus korupsi dana Bantuan Sosial (Bansos) Covid-19. Ia dijadikan tersangka oleh KPK pada tanggal 6 Desember 2020 silam.

2. Korupsi Ekspor Benih Lobster

Andreau Misanta merupakan Staf Ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang telah menyerahkan diri ke KPK setelah terkait dugaan kasus korupsi ekspor benih lobster. Andreau Misanta merupakan seorang politisi PDIP yang mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI pada pemilu 2019.

Baca Juga: Visi Misi Lengkap Anies-Cak Imin di Pilpres 2024: Indonesia Adil Makmur untuk Semua

3. Proyek Rumah Sakit di Cimahi

Ajay M. Priatna merupakan seorang politisi PDIP dan sekaligus Wali Kota Cimahi. Ajay ditangkap oleh KPK terkait dengan proyek pengadaan pembangunan rumah sakit di kota Cimahi. Ia ditangkap pada hari Jumat, 27 November 2020 silam.

4. Jual Beli Jabatan

Sri Hartini merupakan politisi PDIP dan Bupati Klaten yang terlibat dalam kasus suap jual beli jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ia tertangkap setelah menggelapkan uang sebesar Rp 2 miliar dan kemudian divonis 11 tahun penjara.

5. Korupsi Pembangunan Sekolah Lanjutan di Blitar

Muhammad Samanhudi Anwar adalah Wali Kota Blitar dan sekaligus politisi PDIP yang terjerat kasus korupsi proyek pembangunan sekolah lanjutan pertama di Blitar. Ia menerima suap sebesar Rp 1,5 miliar dari kontraktor Susilo Prabowo pada tanggal 8 Juni 2018. Samanhudi Anwar divonis 5 tahun penjara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI