Hiperhidrosis sekunder adalah keringat berlebih yang disebabkan oleh kondisi medis atau obat-obatan tertentu. Hiperhidrosis sekunder menyebabkan keringat berlebih dan dapat diatasi jika penyebab medis yang mendasarinya diatasi atau dihilangkan.
3. Diabetes
Penderita diabetes sering mengalami komplikasi medis tambahan. Infeksi saluran kemih (ISK) terkait diabetes dan kadar glukosa darah yang tinggi dapat meningkatkan bau badan. Ketoasidosis diabetik adalah kondisi yang mengancam jiwa di mana tubuh kekurangan insulin, sehingga sel-sel kekurangan gula yang dibutuhkan untuk energi. Salah satu gejalanya adalah bau napas yang khas dan seperti buah.
4. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid mengatur banyak fungsi tubuh, termasuk respons keringat. Bila Anda menderita hipertiroidisme (tiroid yang terlalu aktif) atau penyakit Graves, tubuh Anda dapat menghasilkan keringat dalam jumlah berlebihan, bahkan saat Anda tidak sedang beraktivitas.
5. Gagal ginjal dan disfungsi hati
Ginjal dan hati membantu membuang racun dari tubuh kita. Jika tidak berfungsi dengan baik, racun dapat menumpuk di dalam darah dan saluran pencernaan, sehingga menimbulkan bau. Penyakit ginjal dapat menyebabkan urea membuat keringat Anda berbau seperti amonia.
6. Gangguan metabolisme
Meskipun hal ini sangat langka, mutasi gen juga dapat memengaruhi bau badan. Trimethylaminuria atau TMAU, adalah penyakit yang mencegah hati Anda memecah senyawa kimia trimetilamina. Trimetilamina dapat berbau amis atau seperti telur atau urin.
Baca Juga: Memahami Angin Duduk: Gejala, Penanganan, dan Kelompok yang Rentan Terjangkit
Jika tubuh Anda tidak dapat memecah senyawa ini, senyawa ini akan menumpuk di dalam tubuh Anda dan dilepaskan melalui keringat, urin, dan napas Anda.
7. Hormon
Fluktuasi hormon dapat menyebabkan keringat berlebih dan, akibatnya, bau badan. Remaja, wanita hamil, dan wanita perimenopause atau menopause dapat mengalami hot flashes dan keringat malam, yang meningkatkan keringat berlebih dan bau badan.