Tidak dapat kembali ke tanah airnya yang diduduki Nazi, Visser mendaftar sebagai tentara Belanda yang dibentuk di Inggris.
Visser memperoleh keterampilan tempur saat dilatih di Pelatihan Dasar Komando Achnacarry di Skotlandia.
Pelatihan dilakukan di pantai yang dingin dan tidak berpenghuni.
![Idjon Djanbi. [Instagram Heru Djanbi]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/14/32019-idjon-djanbi.jpg)
Selama pelatihan, Visser memperoleh berbagai keterampilan tempur, seperti membunuh tanpa senjata, membunuh pengawal, menembak diam-diam, pertarungan tangan kosong, hingga membunuh tanpa senjata api.
Setelah berlatih di Skotlandia, dia diberi 'vet glider' (baret hijau). Sedangkan baret merah diperoleh Visser saat mengenyam pendidikan dari British Special Air Service (SAS).
Lulus dari pendidikan, DIa ditugaskan sebagai sopir pribadi Ratu Wilhelmina. Karena patriotisme, atau kebosanan, Sersan Visser meninggalkan pos sopirnya yang nyaman setelah setahun.
Visser menjadi sukarelawan sebagai petugas radio untuk Pasukan Belanda ke-2 Bagian dari Komando Antar-Sekutu—yang mengumpulkan unit terpisah dari pasukan Polandia, Norwegia, dan Prancis. Ini adalah pasukan elit yang diorganisir untuk mendukung perebutan kembali daratan Eropa.
Pertempuran pertama Visser adalah ketika terlibat dalam Operasi Market Garden pada bulan September 1944.
Visser kemudian ditugaskan menjadi instruktur di sekolah pasukan khusus Belanda di India yang dikenal dengan School Opleiding Parachutisten/SOP (Paratrooper School).
Sekolah tersebut kemudian dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1946 dan kemudian dipindahkan lagi ke Hollandia atau Jayapura, Papua. Pada tahun 1947 Sekolah penerjun payung pindah dari Hollandia yang terpencil ke Bandung.
Baca Juga: Sosok Linda Tombeng, Ibu Mees Hilgers yang Berdarah Manado
Setelah Belanda resmi menyerahkan kedaulatan secara penuh ke Indonesia, Visser ternyata sudah nyaman dengan gaya hidup di Indonesia.