TNI Pernah Punya Prajurit Naturalisasi, Tanpa Dirinya tak Ada Prabowo Luhut

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Minggu, 15 September 2024 | 09:35 WIB
TNI Pernah Punya Prajurit Naturalisasi, Tanpa Dirinya tak Ada Prabowo Luhut
Idjon Djanbi, perintis Kopassus yang merupakan prajurit TNI naturalisasi. [Wikipedia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Visser menjadi sukarelawan sebagai petugas radio untuk Pasukan Belanda ke-2 Bagian dari Komando Antar-Sekutu—yang mengumpulkan unit terpisah dari pasukan Polandia, Norwegia, dan Prancis. Ini adalah pasukan elit yang diorganisir untuk mendukung perebutan kembali daratan Eropa.

Pertempuran pertama Visser adalah ketika terlibat dalam Operasi Market Garden pada bulan September 1944.

Visser kemudian ditugaskan menjadi instruktur di sekolah pasukan khusus Belanda di India yang dikenal dengan School Opleiding Parachutisten/SOP (Paratrooper School).

Sekolah tersebut kemudian dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1946 dan kemudian dipindahkan lagi ke Hollandia atau Jayapura, Papua. Pada tahun 1947 Sekolah penerjun payung pindah dari Hollandia yang terpencil ke Bandung.

Setelah Belanda resmi menyerahkan kedaulatan secara penuh ke Indonesia, Visser ternyata sudah nyaman dengan gaya hidup di Indonesia.

Namun seorang berkebangsaan Belanda tinggal di Indonesia yang baru merdeka juga menimbulkan masalah bagi Visser. Ia berpikir apakah dirinya akan diterima lingkungan saat menetap di Indonesia.

Bagi beberapa rekan Visser, keinginannya untuk meninggalkan Belanda dan tetap tinggal di Indonesia tidak lebih dari pengkhianatan.

Namun karena rasa cintanya terhadap tanah Indonesia, Visser memutuskan tinggal di Indonesia menjadi warga sipil biasa.

Dia menetap di Cisarua, Lembang, Jawa Barat dan menjalin hubungan asmara dengan perempuan Sunda. Visser lalu memutuskan menjaidi warga negara Indonesia, menikahi pacarnya yang orang Indonesia dan menjadi mualaf. Ia pun merubah namanya menjadi Mochamad Idjon Djanbi.

Baca Juga: Sosok Linda Tombeng, Ibu Mees Hilgers yang Berdarah Manado

Perintis Kopassus

Kehebatan Idjon Djanbi sebagai pasukan khusus Belanda menarik minat Panglima Tentara dan Teritorium Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang untuk merekrutnya. 

Saat itu Kawilarang berkeinginan membentuk pasukan komando di Siliwangi. Setelah melalui negosiasi alot, Idjon Djanbi akhirnya mau menjadi anggota TNI dengan pangkat mayor.

Ia lalu ditunjuk menjadi instruktur untuk melatih para prajurit Siliwangi agar memiliki kemampuan komando. Djanbi lalu memilih Batujajar sebagai markasnya untuk melatih para prajurit Siliwangi.

Proyek pelatihan komando Siliwangi ini lalu diambil alih Mabes TNI. Salah satu murid Idjon Djanbi yang terkenal adalah Benny Moerdani. Nama pasukan komando saat itu adalah Korps Komando Angkatan Darat  (KKAD). 

Seiring berjalan waktu, KKAD berubah nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI-AD (PUSPASUS TNI-AD). Lalu di tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (KOPASSANDHA). Pada tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) hingga saat ini. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI