Konsumsi Gula Berlebih Saat Puasa Ramadan Bikin Anak Rentan Depresi dan Gangguan Mental? Ini Penjelasan Dokter

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 07 Maret 2025 | 03:35 WIB
Konsumsi Gula Berlebih Saat Puasa Ramadan Bikin Anak Rentan Depresi dan Gangguan Mental? Ini Penjelasan Dokter
Batasi asupan gula anak saat puasa Ramadan. [Dok. Antara]

Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pusat Otak Nasional (RSPON), Rozana Nurfitria Yulia mengatakan, konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan mental, termasuk depresi.

"Gula sangat terkait dengan depresi. Banyak orang mengira bahwa ketika merasa tertekan, mengonsumsi makanan atau minuman manis bisa menjadi solusi. Padahal, itu justru memperburuk kondisi," ujarnya, dikutip dari Antara.

Asupan gula untuk anak jangan sampai berlebih. [Dok. Antara]
Asupan gula untuk anak jangan sampai berlebih. [Dok. Antara]

Ia menjelaskan bahwa konsumsi gula berlebihan dapat memicu peningkatan hormon kortisol akibat inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kondisi ini justru memperburuk stres dan membuat seseorang lebih rentan mengalami depresi.

"Kortisol yang meningkat akibat gula justru menyebabkan lonjakan gula darah lebih tinggi. Akibatnya, semakin banyak mengonsumsi gula, semakin tinggi risiko mengalami depresi," jelasnya.

Dalam penelitian yang melibatkan 1,3 juta orang, ditemukan bahwa asupan gula harian sebesar 100 gram dapat meningkatkan kemungkinan terkena depresi hingga 28 persen.

Rozana mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada dalam memilih makanan dan minuman, terutama yang mengandung gula tersembunyi.

"Banyak minuman yang terlihat sehat tetapi mengandung gula tinggi. Penting untuk memahami kandungan gula dalam produk yang dikonsumsi sehari-hari," katanya.

Rozana juga menjelaskan bahwa konsumsi gula berlebihan berdampak langsung pada otak. Gula berasal dari karbohidrat, yang jika dipecah dalam tubuh akan menghasilkan glukosa.

Sebanyak 20 persen glukosa yang dikonsumsi digunakan sebagai sumber energi utama bagi otak. Namun, jika jumlahnya terlalu tinggi, dapat mengganggu fungsi otak.

"Glukosa yang tinggi dapat memicu pelepasan dopamin, hormon yang memberikan perasaan senang. Namun, efek ini juga bisa menyebabkan kecanduan, membuat seseorang ingin terus mengonsumsi gula," jelasnya.

Selain itu, dokter Rozana menyebutkan bahwa asupan gula berlebihan dapat mengganggu fungsi memori otak dan menyebabkan seseorang menjadi lebih sering lupa.

"Orang yang mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat, terutama dari gula, bisa mengalami gangguan pada neurotransmitter otak, yang berperan dalam fungsi memori. Akibatnya, mereka menjadi lebih sering lupa," tuturnya.

Rozana juga mengingatkan bahwa efek kecanduan gula mirip dengan zat adiktif seperti narkotika. Jika awalnya seseorang merasa cukup dengan satu sendok gula dalam teh manis, lama-kelamaan mereka membutuhkan lebih banyak gula untuk mendapatkan sensasi yang sama.

"Ini sebabnya orang yang terbiasa mengonsumsi makanan atau minuman manis sulit untuk menguranginya. Efeknya mirip seperti kecanduan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI