"Kondisi ini bisa membuat anak cepat lelah, mengantuk, dan kurang fokus setelah berbuka," jelasnya.
Konsumsi asupan gula yang berlebihan juga dapat berdampak pada kesehatan fisik anak, seperti meningkatkan risiko obesitas dan kerusakan gigi.
Lucy mengingatkan bahwa anak yang tidak menjaga kebersihan gigi setelah berbuka dan sahur berisiko mengalami karies gigi akibat sisa gula yang menempel di gigi.
"Anak juga bisa lebih mudah lelah saat belajar di sekolah. Oleh karena itu, orang tua perlu mengontrol konsumsi asupan gula agar anak tetap sehat selama menjalani puasa," pungkasnya.
Gula Berlebih Bisa Picu Gangguan Mental
Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pusat Otak Nasional (RSPON), Rozana Nurfitria Yulia mengatakan, konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan mental, termasuk depresi.
"Gula sangat terkait dengan depresi. Banyak orang mengira bahwa ketika merasa tertekan, mengonsumsi makanan atau minuman manis bisa menjadi solusi. Padahal, itu justru memperburuk kondisi," ujarnya, dikutip dari Antara.
![Asupan gula untuk anak jangan sampai berlebih. [Dok. Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/06/97114-gula.jpg)
Ia menjelaskan bahwa konsumsi gula berlebihan dapat memicu peningkatan hormon kortisol akibat inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kondisi ini justru memperburuk stres dan membuat seseorang lebih rentan mengalami depresi.
"Kortisol yang meningkat akibat gula justru menyebabkan lonjakan gula darah lebih tinggi. Akibatnya, semakin banyak mengonsumsi gula, semakin tinggi risiko mengalami depresi," jelasnya.
Dalam penelitian yang melibatkan 1,3 juta orang, ditemukan bahwa asupan gula harian sebesar 100 gram dapat meningkatkan kemungkinan terkena depresi hingga 28 persen.