Dalam Islam, keimanan bukan hanya sekadar ucapan lisan, tetapi juga keyakinan yang benar-benar tertanam dalam diri seseorang.
“Kalimat syahadat itu sendiri tidak berarti apa-apa jika tidak diucapkan dengan kesadaran penuh dan keyakinan dalam hati,” jelas Ustaz Felix.
Ia juga menegaskan bahwa Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agama ini. Dalam sejarah Islam, terdapat kisah tentang Ammar bin Yasir yang terpaksa mengingkari keimanannya di bawah ancaman penyiksaan berat orangtuanya.
Rasulullah SAW pun memahami bahwa selama hatinya masih beriman, maka ucapan yang dipaksakan tidak mengubah status keislamannya.
"Rasul mengatakan, tapi hatimu tetap yakin pada Allah? Dia menjawab hatiku yakin akan Allah, biarlah Allah jadi saksi. Maka kata Rasul, kalau kamu berjumpa dengan kesempatan yang sama atau kejadian lagi, ulangi hal yang sama," jelas Ustaz Felix.
Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan dalam hati adalah faktor utama dalam menentukan seseorang benar-benar menjadi Muslim atau tidak.
Jika seseorang mengucapkan syahadat tanpa benar-benar memahami dan mempercayainya, maka syahadat tersebut belum memiliki makna yang sesungguhnya.
Bagaimana dengan Bobon Santoso?
Dalam kisahnya, Bobon mengaku bahwa ia mengucapkan syahadat dalam kondisi spontan dan tidak memiliki niatan sebelumnya untuk masuk Islam.
Baca Juga: Bukan Karena Menikah atau Urusan Duniawi, Ternyata Ini Alasan Celine Evangelista Mualaf
Hal ini bisa menjadi sebuah "case", di mana seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tetapi belum sepenuhnya memahami makna serta konsekuensinya.
Namun, setelah melihat reaksi positif dari jemaah dan merasakan kehangatan dari komunitas Muslim, Bobon mengaku bahwa ia merasa diterima dan dihargai.
Ia juga mulai memahami bahwa menjadi mualaf bukan hanya tentang mengucapkan syahadat, tetapi juga tentang keyakinan dan kesadaran penuh terhadap ajaran Islam.