Gibran menyebut bahwa AI tidak dapat menggantikan peran manusia. Namun untuk yang tidak bisa menerima teknologi ini maka akan tertinggal.
Wakil Presiden Indonesia ini lalu mengingatkan para siswa untuk tetap mempelajari konsep dasar dan rumus-rumus yang diajarkan oleh guru. Hal ini agar AI dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengembangkan pola pikir kritis, bukan sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan tugas.
Lebih lanjut, Gibran mendorong penerapan pembelajaran AI di semua sekolah di Indonesia, agar generasi muda dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas mereka melalui pemanfaatan teknologi ini.
Kehadiran Gibran sebagai juri dalam lomba AI di SMAN 66 Jakarta menunjukkan dukungannya terhadap integrasi teknologi dalam pendidikan dan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi bagi generasi muda Indonesia.
Di laman X, berita mengenai Gibran Rakabuming menjadi juri dalam lomba AI di salah satu SMA di Jakarta ini justru menuai berbagai cibiran dari netizen yang justru memberi reaksi pro dan kontra.
"Make sense, karena kecerdasan dia juga artifisial gak alami, ya kan?" komentar netizen.
"Ada aja gebrakannya lu tong, kenapa gak ada diskusi dengan mahassiwa. Beraninya ngadep anak SMA aja nih? @gibran_tweet buat prepare 2029 yah?" tulis warganet di kolom komentar.
"Ditanya suku-suku di Indonesia aja mikirnya dari subuh sampai maghrib, ini lagi tekno anyar hadeh diframming apapun kapasitasnya lowbat sodara" balas netizen.
Baca Juga: Unggah Konten AI di Tengah Polemik UU TNI, Gibran Disebut Wapres Tone Deaf