Pemerintah pun telah menanggapi hal ini secara serius melalui peluncuran program Medical Tourism yang melibatkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata.
Menurut data resmi, potensi pendapatan dari sektor ini dapat mencapai Rp97 triliun per tahun bila dikelola dengan sistematis. Kota-kota seperti Bali, Jakarta, Medan, dan Batam bahkan telah ditetapkan sebagai pusat wisata medis prioritas.
"Medical tourism adalah peluang besar. Kita punya SDM kompeten, pasien lokal yang loyal, dan pasar regional yang terbuka. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi dan keberanian untuk naik kelas bersama-sama," ujar dr. Herli dengan optimisme tinggi.
Ia percaya, dengan pendekatan yang terintegrasi dan kolaboratif, Indonesia dapat menjadi salah satu beauty destination unggulan di kawasan Asia Tenggara.
"Saatnya Indonesia bersinar dengan karakternya sendiri. Kita punya kualitas, tinggal satukan visi dan bergerak bersama," pungkasnya.
dr. Muhammad Herli, MARS, Dipl.IAAAM adalah sosok yang tidak hanya aktif sebagai dokter estetika, namun juga ahli dalam manajemen rumah sakit dan klinik.
Ia merupakan lulusan Magister Administrasi Rumah Sakit dan pemegang sertifikasi internasional di bidang estetika medis dari International Academy of Aesthetic Medicine.
Lewat CNS Clinic yang ia dirikan, dr. Herli memadukan sentuhan ilmiah, pendekatan personal, dan pemahaman mendalam akan kebutuhan lokal untuk menghadirkan layanan estetika yang aman, efektif, dan tetap berkarakter Indonesia.
Dengan visi yang kuat dan dedikasi terhadap keunikan estetika lokal, dr. Herli tak hanya merawat wajah pasien, tapi juga merawat identitas bangsa lewat pendekatan kecantikan yang lebih berakar dan berkelas.
Baca Juga: Menemukan Jati Diri dalam Kemandirian: Review Novel Titipan Kilat Penyihir