Suara.com - Rumah Literasi yang diakui pendirinya berada di Garut, Jawa Barat, tengah menjadi topik perbincangan hangat. Tepatnya usai akun X @/kuemarj mengungkap sederet kejanggalan pada wadah membaca gratis tersebut.
Akun tersebut merupakan salah satu donatur yang baru-baru ini menuliskan kontroversi Rumah Literasi. Mulai dari tidak transparan dalam mengelola uang donasi hingga hanya menjual cerita sedih di media sosial.
1. Tidak Transparan
Rumah Literasi disebut tidak transparan dalam mengelola uang donasi. Mereka bahkan tidak pernah membagikan daftar para donatur dan jumlah uang, sehingga dicurigai digunakan untuk keperluan pribadi pemilik.
"Ini adalah concern terbesar gue. Gue pernah tanya laporan keuangan di tweet dia tapi gak pernah dibalas, padahal komunitas literasi, educated, sehingga harusnya dia tau kalau ETISNYA laporan keuangan itu bare minimum yang harus ditunjukkan ke publik," tulis akun @/kuemarj.
"Kalau gak bisa akuntabel, gak usah jual narasi 'warga bantu warga'. Gak bisa bikin sheet? Padahal foundernya (masih) kuliah ekonomi? Atau sibuk nyusun skripsi? Pun, dalam kegiatan-kegiatan komunitas e.g sumbangan panti, dia gak pernah sebutin berapa jumlah dana yang dikeluarkan, apa isinya," sambungnya.
2. Tak Diketahui Ownernya
Selain itu, tak diketahui pula siapa pemilik Rumah Literasi. Hal ini membuat lapak membaca gratis tersebut dicurigai tidak benar-benar ada. Akun @/kuemarj menduga di balik lapak itu hanya ada satu orang saja.
"Mungkin ini subjektif, tapi gue kalau mau donasi pasti liat orang-orang yang kerja di belakangnya dulu. Sesimpel untuk cari tahu foundernya siapa, gue harus ulik-ulik TikToknya dia. Dan dia gak aktif secara personal di medsos mana pun. Apakah foundernya (Ripan) bekerja sendiri? Gimana struktur pengurusnya? Ini di luar dari program-program relawannya yang gak masuk akal buat gue," cuitnya.
Baca Juga: Kronologi Rumah Literasi Diduga Selewengkan Dana Donasi
3. Intern Tak Dibayar
Rumah Literasi juga pernah membuka program relawan atau unpaid intern (magang tanpa bayaran). Menurut akun tersebut, untuk pekerjaan seperti bagian kreatif hingga dua tahun dan tidak dibayar merupakan sesuatu yang kurang manusiawi.
"Jadi dia buka program relawan setau gue dari 2022-2024. Dia buka banyak posisi, dengan kualifikasi profesional seperti wajib porto untuk creative, batas usia, dan jobdescnya pun berlebihan untuk program relawan dan ini tidak dibayar. Well I was being nice for saying unpaid intern. Masa kerja 2 tahun tapi gak dibayar? Bro thats slavery," tambahnya.
4. Lokasi Rumah Literasi Tak Diketahui
Poin selanjutnya, Rumah Literasi tidak pernah memberi tahu lokasi pasti mereka. Ketika ditanya, mereka hanya menyebutkan nama kota 'Garut'. Hal ini lantas menjadi pertanyaan banyak pihak dan membuatnya janggal.
"Lokasi rumah bacanya? Rahasia negara kayanya, virtually no one knows. Gue ngerti concern dia untuk tidak menyebutkan lokasi secara spesifik. Alasannya mungkin ke privasi karena biasanya rumah baca itu berdekatan dengan pengelola. Tapi dia kan sewa?" tulis @/kuemarj.