Mengangkat Warisan Batak ke Dunia Lewat Kopi Rambadia dari Tanah Gayo

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 15 Mei 2025 | 18:15 WIB
Mengangkat Warisan Batak ke Dunia Lewat Kopi Rambadia dari Tanah Gayo
Mengangkat Warisan Batak ke Dunia Lewat Kopi Rambadia dari Tanah Gayo (Dok. Roemah Koffie)

Suara.com - Kopi bukan lagi sekadar minuman, melainkan medium yang merangkai kisah, budaya, dan manusia dari berbagai penjuru dunia. Di tengah gempuran tren global, Indonesia hadir dengan keunikan tersendiri lewat kopi-kopi dari daerahnya yang sarat makna.

Salah satu langkah nyata dalam memperkenalkan kekayaan ini tampak dalam partisipasi Roemah Koffie sebagai Platinum Sponsor dalam ajang internasional World of Coffee (WOC) Jakarta 2025 yang digelar 15-17 Mei 2025.

Brand kopi premium asal Indonesia ini tidak datang dengan tangan kosong. Mereka membawa serta semangat budaya, identitas lokal, dan inovasi dalam bentuk Koffie Tins, produk kopi biji premium dalam kemasan kaleng eksklusif. 

Yang menarik, tiap varian kopi ini diberi nama dari lagu-lagu daerah Indonesia, menjadikannya bukan hanya sebuah produk, melainkan sebuah cerita hidup. Salah satunya adalah Rambadia, varian kopi yang membawa kita menyusuri nilai-nilai luhur dari tanah Batak.

Rambadia: Lebih dari Sekadar Kopi

Mengangkat Warisan Batak ke Dunia Lewat Kopi Rambadia dari Tanah Gayo (Dok. Roemah Koffie)
Mengangkat Warisan Batak ke Dunia Lewat Kopi Rambadia dari Tanah Gayo (Dok. Roemah Koffie)

Nama Rambadia diambil dari lagu daerah Batak yang sarat makna. Lagu ini bercerita tentang perkenalan, sapaan, dan kehangatan yang muncul dari relasi antar manusia. Nilai-nilai seperti harmoni, persatuan, dan kesejahteraan tercermin dalam lirik dan maknanya. 

Roemah Koffie mengangkat filosofi ini sebagai inspirasi untuk menghadirkan kopi yang bukan hanya nikmat secara rasa, tapi juga menyentuh sisi emosional dan kultural para penikmatnya.

“Lewat Rambadia, kami ingin memperkenalkan Indonesia kepada dunia dengan cara yang bermakna. Melalui rasa kopi ini, kami ingin membawa nilai-nilai budaya dan semangat kebersamaan ke dalam industri kopi,” ungkap Felix TJ, CEO Roemah Koffie. 

Biji kopi Rambadia berasal dari dataran tinggi Bener Meriah, Gayo, Aceh, kawasan yang telah lama dikenal sebagai salah satu penghasil kopi arabika terbaik di dunia. 

Baca Juga: Dari Literasi ke Kopi: Kisah Inspiratif Kopi Tanah Mati yang Berawal dari Sepeda

Dengan karakter rasa yang bold, kuat, namun tetap seimbang, kopi ini seolah menjadi representasi dari kekayaan alam Indonesia dan kekuatan karakter masyarakatnya.

Biji kopi Gayo juga dikenal karena kualitasnya yang tinggi dan proses pasca panen yang teliti, menjadikannya favorit di kalangan pecinta kopi premium.

“Wilayah Gayo punya keunikan iklim dan tanah yang subur, yang memberikan kopi cita rasa istimewa. Tapi yang membuatnya lebih bermakna adalah bagaimana kami mengemasnya dengan cerita,” terang Felix.

Sentuhan Budaya di Setiap Kaleng

Untuk memperkuat pesan budaya, desain kemasan Rambadia dilengkapi dengan motif kain Ulos, kain tenun khas Batak yang melambangkan kasih sayang, restu, dan kebersamaan. Ulos biasa diberikan dalam momen penting seperti kelahiran, pernikahan, hingga perpisahan.

“Setiap kaleng Rambadia bukan cuma membawa kopi berkualitas, tapi juga doa dan cerita dari tanah Batak,” ujar Edward Hutabarat, desainer sekaligus ikon budaya Indonesia yang berkolaborasi dengan Roemah Koffie dalam menampilkan warisan budaya Nusantara di booth mereka selama WOC berlangsung.

Dengan demikian, Rambadia bukan hanya membawa rasa kopi, tapi juga menggandeng sejarah dan filosofi yang mendalam dari masyarakat Batak.

Giant Koffie Tins: Menyajikan Pengalaman Emosional

Salah satu atraksi utama Roemah Koffie di WOC 2025 adalah instalasi Giant Koffie Tins, sebuah ruangan besar berbentuk kaleng kopi yang bisa dimasuki pengunjung. 

Di dalamnya, pengunjung disuguhkan pengalaman imersif yang memadukan audio visual tentang lanskap pertanian Gayo, masyarakat Batak, hingga nilai-nilai budaya di balik Rambadia.

Instalasi ini merupakan kolaborasi dengan Sembilan Matahari, studio berbasis di Bandung yang dikenal dengan pengalaman digital dan narasi emosionalnya.

“Melalui proyek ini, kami ingin orang-orang tidak hanya mencicipi kopi, tapi juga merasakannya. Rasakan suasana tanah tempat kopi ditanam, dengarkan cerita masyarakatnya, dan resapi budayanya,” ungkap Felix.

Selama WOC berlangsung, pengunjung bisa membeli tiga varian Koffie Tins dalam paket bundling spesial seharga Rp1,5 juta, yang masing-masing dihargai Rp639 ribu jika dibeli terpisah. Produk ini merupakan edisi terbatas yang hanya tersedia di event dan platform resmi Roemah Koffie.

“Kami ingin produk ini menjadi kenangan, bukan hanya karena rasanya, tapi karena cerita di baliknya. Itulah misi kami, menghubungkan kopi dengan budaya dan manusia,” tutup Felix.

Merajut Identitas Lewat Rasa

Apa yang dilakukan Roemah Koffie lewat Rambadia adalah contoh nyata bahwa kopi Indonesia tidak hanya unggul dari sisi rasa, tetapi juga dari sisi narasi budaya. 

Ini bukan hanya strategi branding, tapi sebuah gerakan untuk menjadikan kopi sebagai penghubung identitas dan kekayaan lokal yang patut dibanggakan di panggung global.

Melalui inisiatif seperti ini, Indonesia tidak sekadar menjadi eksportir kopi, tetapi penjaga cerita, pelestari budaya, dan penyambung hati dari satu cangkir ke cangkir lainnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI