Lebih jauh, paparan jangka panjang terhadap lingkungan yang tercemar juga dapat menyebabkan Environmental Enteric Dysfunction (EED)—peradangan kronis pada usus kecil anak akibat konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.
EED menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi dan diyakini sebagai salah satu penyebab utama stunting di negara berkembang.
PHBS: Langkah Kecil, Dampak Besar
Menyadari kaitan erat antara lingkungan dan gizi anak, program di Kedungkeris juga memberikan pelatihan langsung kepada keluarga dan kader Posyandu. Edukasi difokuskan pada pentingnya mencuci tangan pakai sabun, membuang limbah dengan benar, hingga menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya.
"Program ini merupakan hasil kolaborasi mencari solusi dan menjawab tantangan malnutrisi ini," ujar Arif Mustolih, Director Public Affairs Herbalife Indonesia.

Hasilnya nyata, pembangunan 30 toilet pribadi di desa ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan warga, tetapi juga menutup akses penyebaran penyakit dari limbah terbuka. Bersamaan dengan itu, pemberian makanan tambahan dan pelatihan rumah sehat memperkuat pertahanan keluarga dari berbagai aspek.
Lingkungan Sehat, Anak Tumbuh Optimal
Menghadapi tantangan stunting, Indonesia perlu lebih banyak program berbasis komunitas seperti ini—yang tidak hanya mengisi perut, tapi juga memperbaiki lingkungan tempat anak-anak tinggal. Sebab, gizi yang baik akan percuma bila tubuh anak terus-menerus diserang infeksi akibat lingkungan yang kotor dan tidak sehat.
Gunungkidul memberi bukti bahwa edukasi kesehatan yang terintegrasi dengan gerakan menjaga kebersihan lingkungan bisa jadi senjata ampuh lawan stunting. Dan di balik semua itu, perubahan dimulai dari satu hal sederhana: perilaku hidup bersih dan sehat.
Baca Juga: Suara Kidung dari Lereng Slamet: Merapal Doa, Merawat Keseimbangan Bumi