Serangan Jantung Bisa Balik Lagi dalam 5 Tahun, Ini Cara Ampuh Menurunkan Risikonya

Sabtu, 24 Mei 2025 | 15:41 WIB
Serangan Jantung Bisa Balik Lagi dalam 5 Tahun, Ini Cara Ampuh Menurunkan Risikonya
Ilustrasi serangan jantung
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar satu dari lima penyintas serangan jantung akan mengalami kekambuhan dalam kurun waktu lima tahun. Mereka juga lebih berisiko mengalami masalah kardiovaskular lainnya, seperti gagal jantung.

"Penyintas yang menerima pengobatan paling canggih pun memiliki risiko signifikan. Itulah alasan menemukan cara untuk mengurangi risikonya sangat diperlukan," ujar ahli fisiologi olahraga Keith Diaz.

Itulah sebabnya orang yang pernah mengalami serangan jantung harus menjaga gaya hidup yang lebih sehat, seperti banyak melakukan aktivitas fisik dibanding duduk.

Sebuah studi baru menyatakan bahwa penyintas serangan jantung yang gaua hidupnya banyak duduk berisiko tinggi mengalaminya lagi.

Namun, angka risiko dapat turun ketika mengganti kebiasaan duduk dengan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari.

ilustrasi serangan jantung (freepik/tonodiaz)
ilustrasi pasien mengalami serangan jantung (freepik/tonodiaz)

Ganti waktu duduk dengan olahraga atau aktivitas fisik selama 30 menit

Para ahli menemukan bahwa penyintas serangan jantung yang rutin berolahraga selama 30 menit setiap hari menurunkan risiko kekambuhan serta kematian hingga 61 persen.

Aktivitas fisik yang dimaksud juga tidak terbatas pada olahraga tertentu. Penyintas bisa berjalan-jalan, jogging, senam atau melakukan apa pun yang bisa meningkatkan kesehatan jantung selama 30 menit.

"Pengurangan risiko yang signifikan dari pergantian waktu duduk dengan aktivitas intensitas rendah menegaskan pesan, 'melakukan sesuatu lebih baik dibanding tidak melakukan apa-apa'," sambung Diaz.

Baca Juga: Automated External Defibrillator, Selamatkan Nyawa Bila Terjadi Serangan Jantung Saat Olahraga

Diaz menambahkan, "Aktivitas itu sendiri, berapa pun intensitasnya, dapat bermanfaat. Hal ini sangat relevan bagi orang yang baru pulih dari perawatan serangan jantung."

Dosen di Columbia University Medical Center New York itu pun merekomendasikan berjalan-jalan sebagai aktivitas yang patut dicoba. Sebab, aktivitas fisik tersebut dapat dilakukan di mana saja dan gratis.

Tidur mengurangi risiko kekambuhan serangan jantung

Selain olahraga atau beraktivitas fisik, rupanya tidur selama 30 menit untuk mengganti kegiatan duduk juga memangkas risiko insiden serangan jantung berulang sebesar 14 persen.

"Tidur lebih sehat daripadaa duduk," tutur Diaz, dikutip dari Medical News Today pada Sabtu, 24 Mei 2025.

Pasalnya, tidur merupakan waktu yang berharga bagi tubuh serta pikiran untuk melakukan pemulilhan.

"Tidur membantu tubuh dan pikiran pulih, yang sangat penting setelah insiden kesehatan serius seperti serangan jantung," sambungnya lagi.

Kata ahli jantung lain tentang penelitian di atas

Ahli jantung dari Memorial Care Heart and Vascular Institute California, Christoper Berg, juga mengatakan hal yang sama. Duduk ternyata sangat tidak bagus untuk kesehatan jantung.

"Kita sudah lama tahu bahwa terlalu banyak duduk tidak baik untuk kesehatan kardiovaskular. Tubuh yang 'tidak aktif' dalam waktu lama dan terus-menerus sangat berbahaya,' imbuhnya.

Christoper pun turut menanggapi hasil dari penelitian Diaz. Ia menggarisbawahi waktu yang bisa digunakan untuk olahraga sebagai pengganti duduk.

"Yang paling menonjol bagi saya adalah pendekatan statistik penulis yang menunjukkan bahwa mengganti waktu duduk 30 menit dengan aktivitas ringan, sedang, bahkan tidur, dikaitkan dengan risiko terkena penyakit jantung dan kematian yang lebih rendah," katanya lagi.

Sang dokter pun akan menggunakannya untuk mendorong pasien-pasiennya supaya mau berolahraga.

"Itu pesan kuat yang saya gunakan di klinik untuk mendorong pasien agar tetap aktif," pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, serangan jantung atau infark miokard, terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung terganggu atau terhenti, biasanya karena penyumbatan di pembuluh darah koroner.

Penyumbatan tersebut sering disebabkan oleh penumpukan plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI