Perbedaan Puasa Arafah 2025 di Indonesia dan Arab, Kenapa Mulainya Tidak Sama?

Rifan Aditya Suara.Com
Minggu, 25 Mei 2025 | 08:09 WIB
Perbedaan Puasa Arafah 2025 di Indonesia dan Arab, Kenapa Mulainya Tidak Sama?
Perbedaan Puasa Arafah 2025 di Indonesia dan Arab (Freepik)

Menariknya, justru bagi jamaah haji sendiri, puasa Arafah tidak disarankan atau tidak dianjurkan untuk dikerjakan.

Hal ini karena mereka memerlukan tenaga dan kondisi fisik yang kuat untuk menjalani wukuf yang merupakan salah satu rukun haji paling penting.

Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk tidak berpuasa pada hari tersebut agar tetap bugar.

Menentukan Tanggal Puasa Arafah 2025

Tanggal pelaksanaan puasa Arafah selalu berpatokan pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut kalender Hijriah.

Karena kalender ini didasarkan pada peredaran bulan, maka tanggal 9 Dzulhijjah tidak selalu jatuh pada hari yang sama dalam kalender Masehi.

Di sinilah sering muncul perbedaan antara satu negara dengan negara lain, termasuk antara Indonesia dan Arab Saudi.

Indonesia biasanya menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah melalui mekanisme sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama RI.

Dalam sidang tersebut, pemerintah mempertimbangkan hasil rukyatul hilal (pengamatan bulan) dan hisab (perhitungan astronomis). Jika hilal terlihat, maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Dzulhijjah.

Namun, Arab Saudi memiliki metode dan kriteria yang berbeda. Mereka seringkali menetapkan awal bulan Hijriah lebih awal satu hari dibandingkan Indonesia.

Baca Juga: Lengkap! Teks Bilal Idul Adha Tulisan Arab, Latin, Arti dan Tata Cara Sholat Id

Hal ini membuat tanggal 9 Dzulhijjah dan hari Idul Adha di Arab Saudi dan Indonesia berbeda, sehingga waktu puasa Arafah pun tidak serempak.

Kondisi seperti inilah yang kemudian menimbulkan perbedaan puasa Arafah 2025 di Indonesia dan Arab.

Mana yang Harus Diikuti?

Pertanyaan penting pun muncul: Haruskah puasa Arafah mengikuti waktu di Arab Saudi atau berdasarkan ketetapan pemerintah di tempat kita tinggal?

Sebagian ulama menegaskan bahwa pelaksanaan puasa Arafah sebaiknya mengikuti keputusan otoritas keagamaan di negara masing-masing.

Pendapat ini didasarkan pada prinsip mathla’ (wilayah rukyat), di mana penetapan awal bulan Hijriah disesuaikan dengan hasil pengamatan hilal di wilayah sendiri.

Syekh Al-Utsaimin, seorang ulama ternama dan mantan mufti Kerajaan Arab Saudi, juga menyampaikan bahwa ketika terjadi perbedaan antara tanggal 9 Dzulhijjah di suatu negeri dan di Mekkah, maka yang menjadi acuan adalah tanggal 9 Dzulhijjah di tempat tinggal kita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI