Indonesia Gemparkan Belgia! Festival Kaki Lima Bawa Warna Nusantara ke Eropa

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 29 Mei 2025 | 07:03 WIB
Indonesia Gemparkan Belgia! Festival Kaki Lima Bawa Warna Nusantara ke Eropa
Festival Kaki Lima di Belgia (Rafael Faudy, Bramantyo Ardhiwardhana, Christopher Dhave)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tak ketinggalan nasi goreng legendaris dari House of Indonesia dan es cendol manis menyegarkan dari Senang Sanur Bali. Asiabel hadir dengan nasi padang yang menggoda, dan Asianindo memanjakan lidah dengan daging panggang khas Indonesia. 

Untuk pencuci mulut, Sorbetes Manong Jelle dan ’t Ijsbeertje menawarkan es krim dan sorbet tropis dengan rasa yang eksotis, semuanya ditemani gin tonic menyegarkan dari Rotary Minerva.

Wastra dan Kriya: Warisan dalam Balutan Modern

Di luar kuliner, festival ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan kecintaan terhadap budaya. 

Anindya Asmarani Sindhuwinatha, remaja 17 tahun yang terinspirasi oleh tantenya, Maharani (pendiri label Lurik Prasojo), mempersembahkan koleksi busana musim panas yang memadukan motif tradisional dan siluet modern. 

“Saya ingin generasi saya merasa bangga memakai warisan kita, tapi dengan gaya yang sesuai zaman,” ujar Anindya.

Tiffany Boetik melalui proyek Bentalaproject, Master Bagasi juga mempersembahkan batik dalam bentuk yang elegan dan kontemporer. Tidak ketinggalan, DUA Bags, Toko Manis, dan De Hiro turut memamerkan karya kerajinan tangan yang menampilkan kekayaan tekstur dan cerita dari berbagai daerah di Indonesia.

Lebih dari Sekadar Festival

Festival ini juga menggelar diskusi budaya yang menggugah, mengangkat tema “Budaya sebagai jembatan menuju harmoni dan kehidupan bersama.” Kerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Brussel, Asian Persuasion, Konservatorium Antwerpen, dan pelaku budaya muda seperti Anindya menambah kedalaman makna festival.

Baca Juga: Warung Nayamul: Kuliner Khas Jawa dengan Konsep Prasmanan yang Nyaman

Dalam wawancara, Irin Puspasari menjelaskan filosofi di balik nama festival. Nama ‘Kaki Lima’ punya makna ganda. Selain merujuk pada pedagang dengan gerobak lima ‘kaki’, istilah ini juga berakar dari trotoar selebar lima kaki yang dibuat oleh VOC, tempat para pedagang kecil menjajakan dagangan mereka. 

"Semangat hidup dan berdagang dari jalanan inilah yang kami bawa ke sini,” jelasnya.

Bagi yang belum sempat hadir, kesempatan masih terbuka lewat Kaki Lima Pop-Up Store yang akan dibuka bulan Juni di Toko Manis, Asiatpark, Vilvoorde. Ini menjadi langkah lanjutan untuk terus menghidupkan budaya Indonesia di Belgia secara berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI