Mau UKM Diingat dan Dicari? Mulai dari Branding, Bukan Sekadar Diskon!

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 29 Mei 2025 | 13:30 WIB
Mau UKM Diingat dan Dicari? Mulai dari Branding, Bukan Sekadar Diskon!
Ilustrasi UKM (Freepik.com/wtmn)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah ramainya pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang berlomba-lomba memberikan diskon demi menarik perhatian konsumen, satu hal penting justru sering dilupakan: branding.

Padahal, konsumen masa kini bukan hanya mencari harga murah, tapi juga terhubung dengan nilai, cerita, dan identitas dari produk yang mereka pilih.

Tanpa branding yang kuat, UKM hanya akan jadi "penjual sementara" — mudah dilupakan begitu promo berakhir. 

Lalu, bagaimana caranya agar UKM tak hanya dikenal sesaat, tapi juga dicari dan diingat dalam jangka panjang? 

UKM Bukan Hanya Soal Jualan

Dalam derasnya arus promosi dan tren digital yang cepat berubah, hanya yang memiliki identitas kuat yang akan bertahan. Inilah mengapa branding lebih penting dari sekadar promosi.

Branding bukan tentang berapa kali kita muncul di layar konsumen, tapi tentang bagaimana kita diingat, dirasakan, dan direkomendasikan. 

Dua kisah UKM, yaitu The Hallway Space di Bandung dan Photoplace Indonesia dari Bogor, dapat membuktikan bahwa identitas merek yang kuat adalah modal utama untuk tumbuh, meluas, dan menciptakan pengalaman yang berarti.

The Hallway Space: Mengubah Pasar Tradisional Menjadi Destinasi Gaya Hidup

Baca Juga: Warna Cetak Lebih Hidup, Strategi Branding Efektif untuk Menarik Pelanggan

The Hallway Space dimulai dari gagasan sederhana: bagaimana jika ruang kosong di pasar bisa jadi tempat tumbuhnya brand-brand lokal? 

Rilly Robi, pemilik House of Local Footwear sekaligus Co-Founder dari The Hallway Space, menjawab tantangan itu dengan menjadikan lantai dua Pasar Kosambi Bandung sebagai rumah bagi UKM kreatif.

Sejak awal, The Hallway tidak hanya menjual ruang, tetapi membangun cerita. 

Lewat branding “Nongkrong di Pasar,” tempat ini bukan sekadar lokasi, tapi menjadi pengalaman. Ada pameran, nobar, diskusi, semua dikemas dalam semangat pasar sebagai ruang hidup. 

“Dulu orang ke pasar untuk belanja kebutuhan. Sekarang, orang datang ke pasar untuk nongkrong, ngopi, foto-foto, dan menikmati suasana. Buat kami, itu keberhasilan branding yang bukan sekadar mengubah ruang, tapi cara pandang.” ungkap Rilly Robi, Co-Founder The Hallway Space.

Photoplace Indonesia: Menjual Pengalaman, Bukan Sekadar Foto

Berawal dari sudut kecil sebuah coffee shop di Bogor bernama Et Al Coffee, photobox yang awalnya hanya tambahan hiburan bagi pengunjung, kini berkembang menjadi bisnis sendiri.

Photoplace Indonesia, nama yang sederhana tetapi punya filosofi branding yang kuat, yaitu memberikan pengalaman otentik dalam sebuah ‘tempat foto’. 

Di tengah kompetisi photobox yang menjamur, Photoplace Indonesia menang bukan karena harga, tapi karena memperhatikan detail, mulai dari design photobox, design background foto yang disesuaikan dengan tema, hingga pencahayaan dan hasil foto yang sesuai ekspektasi. 

“Buat kami, photobox bukan cuma tempat ambil gambar, tapi ruang kecil yang bisa jadi kenangan. Dari suasana sampai hasil foto, semua kami desain supaya orang merasa punya pengalaman, bukan cuma file digital.” ujar Isni Suci Nuranisa, Marketing Manager Photoplace Indonesia.

Kini, Photoplace Indonesia sudah memiliki 43 outlet di Jawa dan Bali, dari coffee shop hingga mall. Bahkan, mereka disewa untuk wedding dan event brand ternama. Semua itu tumbuh bukan dari promosi agresif, tapi dari branding yang konsisten: menjual pengalaman, bukan produk.

Branding Adalah Strategi, Bukan Hiasan

Dari dua cerita di atas, terlihat jelas bahwa branding bukan soal desain feeds yang senada atau logo yang cantik. Branding adalah pondasi strategi. 

Tanpa pemahaman tentang siapa target pasar, produk seperti apa yang dijual, dan nilai apa yang dibawa, maka promosi hanya akan menghasilkan impresi sesaat.

Isni Suci Nuranisa, Marketing Manager Photoplace Indonesia menekankan pentingnya riset pasar.

“Kalau kita tahu siapa target pasarnya, semua langkah setelahnya jadi lebih jelas, mulai dari bentuk produk, harga, sampai cara komunikasinya,” katanya.

Begitu pula dengan The Hallway Space, yang konsisten menyampaikan identitas “nongkrong di pasar” lewat seluruh kegiatannya, dari offline sampai online. 

“Banyak yang mengira branding itu soal visual. Padahal, branding itu strategi—bagaimana kita membentuk persepsi, membangun koneksi, dan menciptakan loyalitas, bukan sekadar menarik perhatian sesaat.” jelas Rilly Robi, Co-Founder The Hallway Space.

UKM Indonesia Siap Naik Kelas Lewat Branding

Konsumen hari ini tidak hanya membeli produk, tetapi membeli cerita. Mereka tidak hanya mencari harga, tapi makna. Branding adalah cara UKM membangun hubungan emosional dengan pasar.

Untuk mendukung transformasi pelaku usaha, Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) akan menyelenggarakan program Perintis Berdaya, yaitu pelatihan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pekerja kreatif, dan koperasi yang akan berlangsung di Bandung pada tanggal 18-20 Juni 2025. 

Salah satu modul utama dalam program ini adalah pelatihan branding, agar pelaku usaha tidak hanya jago dalam promosi, tetapi juga memiliki identitas yang kuat. Karena di tengah dunia yang penuh distraksi, yang diingat bukan yang paling murah, tapi yang paling bermakna.

Informasi lengkap mengenai pendaftaran program dapat diakses melalui akun Instagram resmi @perintisberdaya.id dan situs www.perintisberdaya.id.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI