Peluncuran buku ini mendapat sambutan hangat dari pengunjung festival. Banyak yang menganggapnya sebagai “perayaan rasa dan memori”, terutama bagi generasi muda yang ingin menyambungkan diri kembali pada akar budaya mereka melalui makanan.
Melalui buku ini, makan siang diangkat dari sekadar waktu istirahat menjadi refleksi atas siapa kita sebagai bangsa. Ia memperlihatkan bahwa kuliner bukan hanya tentang apa yang kita makan, tetapi juga bagaimana, dengan siapa, dan untuk apa kita makan.