suara hijau

Lontar hingga Rumput Laut: Potensi Sabu Raijua Butuh Mitra untuk Berkembang

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 22 Juli 2025 | 11:00 WIB
Lontar hingga Rumput Laut: Potensi Sabu Raijua Butuh Mitra untuk Berkembang
Rumput laut potensi Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. (Dok. Istimmewa)

Suara.com - Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, membuka pintu lebar untuk kolaborasi dengan lembaga non-pemerintah dan mitra pembangunan guna mempercepat pembangunan daerah.

Keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam mengembangkan potensi lokal yang sebenarnya melimpah.

“Kami sangat membutuhkan dukungan karena kapasitas fiskal kami sangat rendah,” ujar Wakil Bupati Sabu Raijua, Thobias Uly, saat menerima audiensi Seknas GEF Small Grants Programme (SGP) Indonesia, Senin (21/7).

“Kami hanya mengandalkan dana dari pusat dan sumber daya alam yang ada.”

Dalam pertemuan tersebut, pemerintah daerah menegaskan bahwa kerja sama dengan LSM dan lembaga donor bukan hanya penting, tetapi krusial. Kepala Bappeda Sabu Raijua, Victor Rada Muri, menyatakan bahwa kolaborasi semacam ini bisa menjadi jalan keluar bagi keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia di daerah.

“Harapan kami, teman-teman LSM dan NGO bisa bantu mendorong pengembangan potensi lokal. Kami terbuka untuk dialog dan kerja sama,” kata Victor.

Dari Lontar hingga Rumput Laut: Potensi yang Belum Termanfaatkan

Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. (Dok. Istimewa)
Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. (Dok. Istimewa)

Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, menyoroti potensi besar tanaman lontar di Sabu Raijua. Salah satu upaya yang sedang didorong adalah pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) untuk menjaga nilai ekonomi lontar.

Sabu Raijua juga memiliki varietas tanaman unik seperti bawang merah lokal berwarna putih yang khas, kacang hijau hitam, sorgum, hingga padi merah khas. GEF SGP Indonesia bersama mitra seperti Kupang Batanam dan Klinik Agro tengah mengembangkan kultivar lokal ini dengan pendekatan self-declare, agar petani dapat mematenkan dan mempromosikan produk mereka secara mandiri.

Baca Juga: Malapari, Harapan Bioenergi dari Lembata untuk Masa Depan Berkelanjutan

“Dengan self-declare, petani bisa mengangkat produk lokal mereka sekaligus meningkatkan daya saing di pasar,” jelas Hery Budiarto dari GEF SGP Indonesia.

Dalam RPJMN, dua komoditas utama Sabu Raijua yang masuk prioritas nasional adalah garam dan rumput laut. Namun tantangannya besar. Pabrik pengolahan rumput laut yang sudah ada belum bisa beroperasi karena kekurangan tenaga ahli.

Wakil Bupati Thobias mengusulkan pembangunan kebun bibit rumput laut dan mendorong pengolahan produk turunan agar komoditas ini punya nilai tambah.

“Kami tidak ingin hanya menjual mentah. Harus ada nilai tambah untuk tingkatkan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Pertemuan antara Pemkab dan GEF SGP Indonesia ini diharapkan jadi langkah awal untuk membangun ekosistem pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan—dengan potensi lokal sebagai fondasi, dan gotong royong lintas pihak sebagai penggeraknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI