Suara.com - Di dunia kesehatan dan kebugaran yang kian ramai, suplemen Omega 3 telah menjadi primadona.
Diiklankan sebagai nutrisi esensial untuk otak dan jantung, kapsul minyak ikan ini memenuhi rak-rak apotek dan menjadi bagian dari rutinitas harian banyak anak muda yang sadar kesehatan.
Salah satu klaim yang paling menonjol adalah kemampuannya menurunkan risiko stroke secara signifikan.
Sebuah klaim beredar bahwa konsumsi rutin Omega-3 bisa memangkas risiko stroke hingga 25 persen.
Angka yang fantastis, namun benarkah didukung oleh sains, atau sekadar strategi pemasaran? Mari kita kupas tuntas rahasia di balik asam lemak esensial ini.
Membedah Klaim: Apa Kata Studi Terbaru?
Klaim penurunan risiko stroke yang signifikan bukanlah isapan jempol belaka.
Klaim ini didasarkan pada berbagai penelitian dan meta-analisis berskala besar yang mengamati hubungan antara asupan asam lemak omega-3, terutama EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid), dengan kesehatan kardiovaskular.
Studi menunjukkan bahwa manfaat utama Omega-3 terletak pada kemampuannya untuk mencegah stroke iskemik, yaitu jenis stroke yang paling umum terjadi (sekitar 87% kasus) akibat penyumbatan pembuluh darah ke otak.
Baca Juga: Diam-Diam Mematikan: Bagaimana TCD Bisa Mengungkap Risiko Stroke Sebelum Terlambat
Mekanismenya pun cukup jelas:
- Mengurangi Peradangan
Omega-3 memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat, membantu menjaga kesehatan dinding pembuluh darah dan mencegah pembentukan plak aterosklerosis yang bisa menyumbat arteri.
- Mencegah Pembekuan Darah
Asam lemak ini membantu mengurangi agregasi trombosit, yaitu proses di mana keping darah saling menempel dan membentuk gumpalan. Gumpalan inilah yang menjadi biang keladi stroke iskemik.
- Menurunkan Trigliserida