Kenapa Presiden Indonesia Tidak Berani ke Kediri? Ini Mitos dan Fakta Kutukan Kartikea Singha

Ruth Meliana Suara.Com
Kamis, 31 Juli 2025 | 07:15 WIB
Kenapa Presiden Indonesia Tidak Berani ke Kediri? Ini Mitos dan Fakta Kutukan Kartikea Singha
potret Kediri (Pexels/Ega Ardiana)

Suara.com - Mitos Kediri menjadi wilayah yang dihindari untuk dikunjungi presiden Republik Indonesia masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat. Mitos ini bahkan sedang menjadi perbincangan setelah viral di X (Twitter). Lantas kenapa presiden Indonesia tidak berani ke Kediri?

Kediri, Jawa Timur, merupakan kota tertua ketiga yang ada di Indonesia. Seperti beberapa kota lainnya, Kediri juga dipandang sebagai kota sakral karena mempunyai beberapa mitos sejak zaman kerajaan-kerajaan menguasai wilayah Nusantara.

Nah, isu Kediri adalah kota paling dihindari presiden RI menjadi mitos paling populer. Tanah Kediri dianggap sebagai kota sakral di Indoesia.

Konon menurut mitos, presiden Indonesia yang berkunjung ke Kediri akan lengser atau turun dari jabatannya. Mitos ini pun masih sangat diyakini masyarakat setempat.

Kenapa Presiden Indonesia Tidak Berani ke Kediri

arca peninggalan Kerajaan Kediri (Wikimedia Commons/Antya Anantari)
arca peninggalan Kerajaan Kediri (Wikimedia Commons/Antya Anantari)

Mitos jabatan presiden akan lengser setelah berkunjung ke Tanah Kediri berkaitan dengan dua kutukan, yaitu kutukan  Kartikea Singha di Kerajaan Kalingga dan kutukan Kerajaan Kediri.

Kutukan kitab zaman Kerajaan Kalingga disebutkan oleh penguasa kerajaan Kalingga sekaligus suami Ratu Shima, yaitu Kartikea Singha.

Konon, Kartikea Singha menyusun kitab berisi hukum pidana pertama di nusantara. Nama kitabnya adalah Kalingga Darma Sastra yang terdiri dari 119 pasal.

Saat menyusun kitab itu, Kartikea Singha mengucapkan kutukan yang berbunyi:

Baca Juga: Iuran Sound Horeg Tembus Rp600 Ribu per Orang, Warga Merasa Tercekik!

Siapa kepala negara (pemilik jabatan tinggi) yang tidak suci masuk wilayah Kediri, maka dia akan jatuh.

Lalu dalam versi Kerajaan Kediri, disebutkan ada kutukan dalam riwayat Babat Kadhiri yang melibatkan peperangan dengan musuh.

Adapun bunyi kutukan versi Kerajaan Kediri:

Jika pasukan Kediri menyerang musuh di daerah lawan lebih dulu akan selalu memenangkan pertempuran, akan tetapi sebaliknya jika musuh langsung menyerang ke pusat kerajaan Kediri lebih dulu maka musuh itu akan selalu berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang”.

Dari kedua kutukan tersebut, ada yang menafsirkan, bila seorang pemimpin (presiden) berani singgah ke Kediri, maka jabatan, posisi atau kekuasaan mereka akan mudah digoyahkan bahkan diserang oleh musuh atau lawan politiknya.

Sampai saat ini, kedua kutukan tersebut masih dipercayai oleh masyarakat. Bahkan, mitos itu konon membuat beberapa kepala negara menghindari untuk bertandang ke kota santri.

Benarkah Mitos Kediri tentang Presiden Indonesia?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengambil sumpah jabatan dari Wakil Menlu Dino Patti Djalal ketika acara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/7). [Antara/Widodo S. Jusuf]
Susilo Bambang Yudhoyono ketika mengambil sumpah jabatan di acara pelantikan di Istana Negara. [Antara/Widodo S. Jusuf]

Mitos itu semakin dipercaya setelah tiga kepala negara Indonesia, Presiden RI pertama Soekarno, Presiden RI Ke-3 BJ Habibie dan Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), lengser dari jabatannya tidak lama setelah berkunjung ke Kota Kediri.

Tak hanya itu, Presiden RI ke-2 Soeharto juga diyakini percaya mitos tersebut oleh sebagian masyarakat. Pasalnya, selama 32 tahun memerintah Indonesia, Soeharto tidak pernah menginjakkan kaki ke Kediri.

Begitu pula dengan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang juga tidak pernah berkunjung ke Kediri selama 10 tahun pemerintahan.

Meski demikian, sejarah juga mencatat ada Presiden RI yang datang ke Kediri dan tetap bisa menyelesaikan masa jabatannya hingga akhir.

Sosok itu adalah Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia sudah dua kali berkunjung ke Kediri selama masa jabatan 10 tahun, dan menyelesaikan masa jabatan dengan mulus.

Pada akhirnya, isu Presiden Indonesia tidak berani ke Kediri hanyalah mitos dan bagian dari kepercayaan masyarakat. Tidak ada fakta yang membuktikan bahwa kunjungan ke Kediri mempengaruhi masa jabatan presiden Indonesia. Semua hanya kebetulan, dan faktor dinamika politik lah yang mempengaruhi kelangsungan jabatan kepala negara.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI