Suara.com - Langit di atas Lumajang kembali berubah muram. Gunung Semeru, raksasa megah di jantung Jawa Timur, menghembuskan napas panasnya pada Rabu (13/8/2025).
Tidak hanya sekali, tetapi dua kali dalam sehari, kawah Jonggring Saloko menyemburkan asap pekat berwarna putih kelabu yang menjulang tinggi.
Seolah ingin menegaskan kekuasaannya, sang Mahameru kembali menguji kewaspadaan warga di sekitarnya.
Lantas seperti apa fakta di balik letusan gunung Semeru kali ini? Berikut ulasannya.
1. Dua Kali Letusan dalam Hitungan Jam

Pukul 09.38 WIB, kolom asap membumbung hingga 1.000 meter dari puncak, mengarah ke selatan-barat daya. Tiga jam kemudian, pukul 12.52 WIB, letusan serupa kembali terjadi.
Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur mencatat intensitasnya sedang hingga tebal.
Meski belum memuntahkan awan panas besar, abu vulkanik ini menjadi sinyal jelas bahwa aktivitas magma di perut bumi tengah bergolak.
2. Letusan Tambahan di Tengah Rangkaian Erupsi
Baca Juga: Upaya Pemulihan Ekosistem di Danau Ranu Pani
Belum genap 10 menit usai letusan pertama, pukul 09.44 WIB, Semeru kembali mengeluarkan kolom abu setinggi 900 meter.
Arah semburannya bergeser ke timur dan tenggara, menambah daftar letusan yang terjadi hanya dalam satu pagi.
Fenomena ini menjadi peringatan bahwa setiap menit di sekitar Semeru bisa berubah menjadi situasi darurat 3. Rekor 47 Letusan dalam 24 Jam
![Warga melintasi jalur Curah Kobokan saat asap vulkanis keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (28/12/2024). [ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/nz]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/28/41379-erupsi-gunung-semeru-gunung-semeru-semburkan-abu-vulkanis.jpg)
Data yang dirilis PPGA mengungkap fakta mencengangkan, sehari sebelumnya, pada 11 Agustus 2025, Semeru tercatat meletus 47 kali dalam rentang 24 jam.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menyebut hingga kini belum ada laporan kerusakan maupun korban.
4. Status Waspada, Larangan Masuk Radius Bahaya
Meski tidak berada di level tertinggi, status aktivitas Gunung Semeru masih di Level II atau Waspada.
BPBD mengimbau warga menjauhi sektor tenggara sejauh 8 kilometer di sepanjang Besuk Kobokan.
Bahkan di luar jarak tersebut, aktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai tetap dilarang karena potensi perluasan awan panas dan aliran lahar bisa mencapai 13 kilometer dari puncak.
5. Ancaman Lahar di Tengah Musim Hujan
Musim hujan membuat ancaman Semeru semakin berlapis. Material vulkanik yang baru dimuntahkan berpotensi terbawa arus deras menjadi banjir lahar, meluncur cepat di sungai-sungai yang berhulu di puncak.
Warga di sekitar Besuk Kobokan diminta ekstra waspada, sebab lahar dingin bisa datang tanpa tanda-tanda, membawa batu dan material padat yang mematikan.
Penutup
![Gunung Semeru erupsi dengan tinggi letusan mencapai 1 km di atas puncak pada Rabu (9/7/2025) pagi [Suara.com/ANTARA/HO-PVMBG]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/09/22525-gunung-semeru.jpg)
Gunung Semeru kembali mengajarkan satu hal, bahwa kekuatan alam tak pernah bisa diremehkan.
Dua kali letusan dalam sehari, puluhan erupsi dalam sehari sebelumnya, dan ancaman lahar di musim hujan menjadi kombinasi yang tak boleh dianggap enteng.
Di balik keindahannya, Mahameru menyimpan potensi bahaya yang selalu siap meledak. Warga Lumajang dan sekitarnya pun harus tetap siaga, karena di kaki gunung ini, hidup dan bencana bisa dipisahkan hanya oleh hitungan detik.