Dari Laut ke Nilai Tambah: Rumput Laut Jadi Komoditas Baru Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:05 WIB
Dari Laut ke Nilai Tambah: Rumput Laut Jadi Komoditas Baru Indonesia
Ilustrasi pemandangan rumput laut. (Suara.com)
Baca 10 detik
  • Indonesia Seaweed Initiative, kolaborasi lintas sektor, bertujuan optimalkan potensi rumput laut.
  • Lebih dari 187 juta penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir, namun sebagian besar masih bergantung pada ekonomi subsisten.

Suara.com - Laut Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa besar. Salah satu yang mulai dilirik dunia adalah rumput laut.

Komoditas ini bukan lagi sekadar bahan mentah ekspor, tapi bisa menjadi penggerak ekonomi biru nasional, dari industri pangan, kosmetik, hingga bahan bakar hayati.

Namun, dari potensi lahan yang begitu luas, baru sekitar 0,8 persen yang termanfaatkan. Artinya, masih ada peluang besar yang bisa dioptimalkan jika rantai nilai rumput laut dikembangkan secara terintegrasi.

Melihat tantangan itu, empat lembaga lintas sektor yaitu APINDO, Standard Chartered, Conservation International, dan Konservasi Indonesia menandatangani nota kesepahaman untuk memperkuat Indonesia Seaweed Initiative. Program ini menjadi langkah konkret mempercepat hilirisasi rumput laut dan membangun ekosistem ekonomi biru yang berkelanjutan.

Berikut lima hal penting dari inisiatif ini yang bisa membuka babak baru ekonomi laut Indonesia:

1. Potensi Besar yang Baru Tersentuh 0,8 Persen

Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar dunia, tapi sebagian besar masih diekspor dalam bentuk bahan mentah. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, rumput laut bisa menjadi komoditas bernilai tambah tinggi.

“Hilirisasi rumput laut membutuhkan lebih dari sekadar industrialisasi produk. Yang krusial adalah membangun ecosystem enabler yang mengintegrasikan riset terapan, infrastruktur logistik, pembiayaan inovatif, serta transfer teknologi bagi petani,” ujar Shinta Kamdani, Ketua Umum APINDO.

2. Ekosistem Terpadu dari Hulu ke Hilir

Baca Juga: Mengandung Racun Berbahaya, Inilah 7 Daftar Ikan Laut yang Tidak Aman Dikonsumsi

Lewat Indonesia Seaweed Initiative, para mitra berupaya membangun rantai pasok yang menyatukan sektor swasta, lembaga keuangan, hingga komunitas pesisir.

“Kami melihat industri rumput laut sebagai sektor strategis dengan dampak positif luas, dari pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, hingga kontribusi terhadap agenda iklim global,” kata Donny Donosepoetro OBE, CEO Standard Chartered Indonesia.

Ia menambahkan, dukungan akan diberikan melalui pendekatan blended finance agar investor lebih percaya diri dan pelaku usaha lokal lebih mudah mengakses pembiayaan.

3. Sains dan Konservasi Jadi Fondasi

Dua organisasi konservasi, Conservation International dan Konservasi Indonesia, akan berperan dalam memastikan praktik budi daya berbasis sains.

“Ekosistem laut yang sehat adalah prasyarat penting bagi ketahanan ekonomi biru,” jelas Bjorn Stauch, Senior Vice President Nature Finance Conservation International.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI