suara hijau

Perjuangan Merawat Mangrove di Tengah Abrasi dan Pembangunan, Apa yang Bisa Dilakukan?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 01 Desember 2025 | 12:52 WIB
Perjuangan Merawat Mangrove di Tengah Abrasi dan Pembangunan, Apa yang Bisa Dilakukan?
Mangrove di Tambak Rejo. (Suara.com/Ikhsan)
Baca 10 detik
  • Mangrove Indonesia, yang merupakan 20% total dunia, meredam energi gelombang hingga 75% dan menjadi habitat penting biota laut.
  • KPL CAMAR di Semarang menanam mangrove sejak 2010, menghadapi tantangan abrasi akibat musim Barat dan pembangunan sheet pile.
  • Selain fungsi perlindungan, ekosistem ini memberikan manfaat ekonomi melalui produk olahan non-kayu dan penyimpanan karbon tinggi.

Suara.com - Di banyak pesisir Indonesia, keberadaan mangrove semakin terlihat penting seiring meningkatnya ancaman abrasi, gelombang tinggi, dan perubahan iklim. Pohon yang tumbuh di wilayah payau ini bukan sekadar pagar alami yang melindungi daratan, tetapi juga penyokong kehidupan banyak spesies yang bergantung pada kestabilan pesisir.

Penelitian internasional menunjukkan bahwa mangrove mampu meredam energi gelombang hingga 75%, mengurangi risiko banjir, sekaligus menjadi habitat pengasuhan (nursery ground) bagi ikan dan biota laut sebelum berpindah ke perairan lebih dalam atau ke kawasan terumbu karang. Peran ekologisnya membuat ekosistem ini menjadi salah satu benteng paling efektif bagi masyarakat pesisir.

Menanam Harapan di Tengah Ancaman Global

Di beberapa kawasan, fungsi itu terlihat lebih jelas pada komunitas kecil yang mengandalkan rasa saling menjaga. Salah satu contohnya dapat dilihat dari pengalaman para pegiat di Kelompok Peduli Lingkungan Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun (KPL CAMAR) di Semarang. Mereka mulai menanam mangrove sejak awal 2010-an dan merawat bibit di wilayah yang dulunya didominasi tambak-tambak.

Upaya itu dilakukan ketika banyak kawasan mangrove Indonesia mengalami tekanan. Indonesia, yang memiliki sekitar 3,3 juta hektare hutan mangrove, atau setara dengan 20% dari total mangrove dunia, menghadapi tantangan besar. Secara global, 50% mangrove hilang dalam 50 tahun terakhir, dan periode 1980 hingga 2005 saja mencatat kehilangan lebih dari tiga juta hektare. Pembangunan pesisir, pencemaran, hingga perluasan tambak menjadi penyebab umum.

Perjuangan Melawan Alam dan Pembangunan

Muhammad Yazid, Sekretaris KPL CAMAR, mengingat kembali bagaimana perubahan terjadi sejak mereka mulai menanam. Menurutnya, perkembangan mangrove cukup pesat, tetapi kondisi alam tetap menjadi tantangan besar. “Sejak 2014, ada perubahan signifikan, tetapi karena letaknya di bibir pantai, musim Barat menjadi kendala besar,” katanya. Gelombang kuat membuat sebagian tanaman tidak bertahan, meski kelompoknya terus menanam agar ada regenerasi.

Dari pengamatannya, sekitar satu setengah hektare mangrove dewasa masih bertahan, sementara bibit hingga tanaman muda yang berusia satu minggu sampai tiga tahun mencapai tiga hektare. Angka itu lahir dari pengamatan lapangan yang dilakukan kelompok ini selama bertahun-tahun.

Namun, keberhasilan tersebut tidak berlangsung mulus. Yazid bercerita bahwa di masa awal ia tinggal di wilayah pesisir pada 1991, mangrove sudah banyak berubah menjadi tambak. Ketika kelompoknya memulai penanaman, kawasan itu bahkan masih dianggap sebagai area tanaman liar.

Baca Juga: Berlangsung di GBK, Komunitas Telkom Runners Kampanye Peduli Mangrove

Kerusakan baru muncul kembali ketika pembangunan sheet pile tahap kedua berlangsung di akhir 2024. Pada awal 2025, gelombang balik menghantam kawasan yang sebelumnya cukup stabil.

“Gelombang balik lagi ke timur dan merusak sekitar kawasan mangrove,” ujarnya. Ia memperkirakan dua hektare hutan mangrove tumbang akibat abrasi tersebut.

Meski demikian, ia memahami bahwa pembangunan tanggul memiliki tujuan melindungi permukiman dari banjir rob. Hal yang ia soroti adalah penempatan konstruksi agar tidak memindahkan risiko ke sisi lain yang memiliki fungsi ekologis penting.

“Kalau mangrove berada di luar area perlindungan, bisa jadi masalah,” katanya.

Manfaat Ekonomi dan Ekologi yang Tumbuh Bersama

Di luar fungsi ekologis, mangrove juga memberi manfaat ekonomi bagi warga sekitar. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa ekosistem ini mendukung perikanan dan ekowisata yang bernilai tinggi. Bagi KPL CAMAR, manfaat itu dirasakan melalui kegiatan ibu-ibu kelompok Merah Delima yang membuat olahan seperti brownies dan stik berbahan mangrove.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI